Rabu, 29 Desember 2010

Bgaimana Menyikapi Tahun Baru Masehi?

MENJADI SHOLEH.Diantara kebiasaan orang dalam memasuki tahun baru di berbagai belahan dunia adalah dengan merayakannya, seperti begadang semalam suntuk, pesta kembang api, tiup terompet pada detik-detik memasuki tahun baru, wayang semalam suntuk bahkan tidak ketinggalan dan sudah mulaingetrend di beberapa tempat diadakan dzikir berjama’ah menyongsong tahun baru. Sebenarnya bagaimana Islam memandang perayaan tahun baru?

Bolehkah Merayakannya?

Tahun baru tidak termasuk salah satu hari raya Islam sebagaimana ‘Iedul Fitri, ‘Iedul Adha ataupun hari Jum’at. Bahkan hari tersebut tergolong rangkaian kegiatan hari raya orang-orang kafir yang tidak boleh diperingati oleh seorang muslim.

Suatu ketika seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam untuk meminta fatwa karena ia telah bernadzar memotong hewan di Buwanah (nama sebuah tempat), maka Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam menanyakan kepadanya: “Apakah disana ada berhala sesembahan orang Jahiliyah?” Dia menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya,“Apakah di sana tempat dirayakannya hari raya mereka?” Dia menjawab, “Tidak”. Maka Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Tunaikan nadzarmu, karena sesungguhnya tidak boleh melaksanakan nadzar dalam maksiat terhadap Allah dan dalam hal yang tidak dimiliki oleh anak Adam”. (Hadits Riwayat Abu Daud dengan sanad yang sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan terlarangnya menyembelih untuk Allah di tempat yang bertepatan dengan tempat yang digunakan untuk menyembelih kepada selain Allah, atau di tempat orang-orang kafir merayakan pesta atau hari raya. Sebab itu berarti mengikuti mereka dan menolong mereka di dalam mengagungkan syi’ar-syi’ar kekufuran. Perbuatan ini juga menyerupai perbuatan mereka dan menjadi sarana yang mengantarkan kepada syirik. Apalagi ikut merayakan hari raya mereka, maka di dalamnya terdapat wala’ (loyalitas) dan dukungan dalam menghidupkan syi’ar-syi’ar kekufuran. Akibat paling berbahaya yang timbul karena berwala’ terhadap orang kafir adalah tumbuhnya rasa cinta dan ikatan batin kepada orang-orang kafir sehingga dapat menghapuskan keimanan.

Keburukan yang Ditimbulkan

Seorang muslim yang ikut-ikutan merayakan tahun baru akan tertimpa banyak keburukan, diantaranya:

  1. Merupakan salah satu bentuk tasyabbuh (menyerupai) dengan orang-orang kafir yang telah dilarang oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.
  2. Melakukan amal ketaatan seperti dzikir, membaca Al Qur’an, dan sebagainya yang dikhususkan menyambut malam tahun baru adalah pebuatan bid’ah yang menyesatkan.
  3. Ikhtilath (campur baur) antara pria dan wanita seperti yang kita lihat pada hampir seluruh perayaan malam tahun baru bahkan sampai terjerumus pada perbuatan zina,Na’udzubillahi min dzaalika…
  4. Pemborosan harta kaum muslimin, karena uang yang mereka keluarkan untuk merayakannya (membeli makanan, bagi-bagi kado, meniup terompet dan lain sebagainya) adalah sia-sia di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Serta masih banyak keburukan lainnya baik berupa kemaksiatan bahkan kesyirikan kepada Allah. Wallahu a’lam…

***

Penulis: A. Akadhinta
Artikel www.muslimah.or.id

Sabtu, 25 Desember 2010

Jika Bintang Betlehem dalam Alkitab Benar, maka Yesus Lahir Pada 17 Juni!


MENJADI SHOLEH.LOS ANGELES (voa-islam.com) – Jika legenda tiga orang majus dan bintang Betlehem dalam kisah kelahiran Yesus yang diceritakan dalam Alkitab itu benar, bisa diprediksikan bahwa Yesus tidak lahir tanggal 25 Desember, melainkan 17 Juni.

Legenda mengenai bintang yang muncul di langit tepatnya di kota Betlehem yang memimpin tiga orang majus ke palungan, tempat di mana bayi Yesus terbaring telah diperdebatkan selama beberapa waktu, demikian dirilis Telegraph, Senin (13/2).

….dapat diprediksikan tanggal yang tepat bagi hari Kelahiran Kristus yaitu jatuh pada 17 Juni, abad kedua Sebelum Masehi….

Pertanyaannya apakah bintang terang tersebut benar-benar nyata? Penjelasan yang mungkin adalah bintang tersebut merupakan konjungsi antara planet Jupiter dan Venus yang tampak seperti bintang terang. Bintang tersebut muncul sekitar abad kedua Sebelum Masehi.

Jika hipotesis tersebut benar, maka dapat diprediksikan tanggal yang tepat bagi hari Kelahiran Kristus yaitu jatuh pada 17 Juni, abad kedua Sebelum Masehi.

Umat Kristen yang merayakan Natal, tak pernah luput membaca kisah kelahiran Yesus dalam Matius 2:1-12. Dalam perikop “Orang Majus Dari Timur” ini dikisahkan bahwa pada waktu kelahiran Yesus Kristus di kota kecil Betlehem, dikatakan dari sebelah timur datanglah beberapa orang Majus untuk mencari Bayi Yesus yang baru lahir. [taz/voa-islam.com]

Kamis, 23 Desember 2010

Sekjen OKI: Umat Islam Butuh Media Islam yang Kuat

MENJADI SHOLEH.Profesor Ekmeleddin Ihsanoglu, sekretaris jenderal dari 57 anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI), pada hari Rabu kemarin 922/12) menekankan perlunya media Islam yang kuat untuk menghadapi kampanye negatif terhadap Islam dan umat Islam.

"Ada kelalaian besar dari bagian organisasi-organisasi media Islam dalam mengikuti perkembangan yang cepat dalam dunia media," katanya kepada Majelis Umum Islamic Broadcasting Union (IBU), yang merupakan afiliasi dari OKI.

Ihsanoglu mengatakan KTT luar biasa OKI yang diselenggarakan di Makkah pada tahun 2005 atas inisiatif Penjaga Dua Masjid Suci Raja Abdullah telah menyerukan untuk memperkuat lembaga Imedia OKI khususnya IBU dan International Islamic News Agency (IINA).

Menteri Kebudayaan dan Informasi Saudi Abdul Aziz Khoja, yang memimpin pertemuan itu, juga menekankan perlunya untuk memperkuat IBU dalam rangka mewujudkan harapan dan aspirasi umat.

Menteri Saudi tersebut menyerukan adanya kerjasama yang lebih baik antara negara-negara OKI dalam memproduksi radio kelas dunia dan program televisi.

"Kami juga harus menyoroti perkembangan yang terjadi di negara kami secara profesional," katanya. Khoja juga berbicara tentang dialog antaragama atas inisiatif Raja Abdullah yang telah mendapat sambutan tepuk tangan para pemimpin OKI.

"Ini adalah tugas IBU untuk menyorot inisiatif penting seperti untuk menginformasikan kepada dunia bahwa umat Islam bekerja untuk perdamaian global dan stabilitas," katanya.

Pertemuan, yang diadakan di markas besar OKI di Saudi, menyetujui pengangkatan Zain Al-Abidine Ibrahim dari Malaysia sebagai sekretaris jenderal baru OKI. Pertemuan ini juga mengesahkan laporan tahun 2009 dan 2010 dan reshuffle serikat Dewan Eksekutif OKI. (fq/arabnews)

sumber: http://www.eramuslim.com/

Semua Muslim Adalah Terrorist Kecuali 94%!

CNN baru-baru ini merilis sebuah artikel berjudul studi: Ancaman terorisme Islam-Amerika di AS berlebihan, menurut sebuah studi yang dirilis oleh Duke University dan University of North Carolina di Chapel Hill, "ancaman teroris yang ditimbulkan oleh radikal-Muslim Amerika telah dibesar-besarkan. "

Namun, Barat, terutama Amerika terus hidup dalam ketakutan terhadap Islam secara fana, takut akan Islamofobia sayap kanan. Jika seseorang mengikuti jaringan berita, tampaknya seolah-olah semua teroris adalah Muslim. Hal ini bahkan menjadi aksioma di beberapa kalangan: "Tidak semua Muslim adalah teroris, tapi hampir semua teroris adalah Muslim."

Namun persepsi ini bukan realitas sebenarnya. Data tersebut tidak mendukung kesimpulan apapun. Pada website resmi FBI, terdapat daftar kronologis dari semua serangan teroris dilakukan di AS sepanjang tahun 1980 hingga 2005. Data tersebut bisa dilihat kesimpulannya seperti chart di bawah ini.

Tampaknya Amerika harus tenang ketika datang berita tentang terorisme. Para aktivis sayap kanan selalu hidup dalam ketakutan atau lebih tepatnya, mereka mencoba membuat orang-orang merasa seperti itu. Bahkan, Pamela Geller (ratu Islamofobia internet) secara harfiah mengatakan misinya, "jangan bodoh, dan jangan menjadi seorang pengecut. Anda tidak bisa hidup dalam ketakutan terus-menerus ." (sa/looneywatch)

sumber: http://www.eramuslim.com/

Tanda Kiamat adalah Hilangnya Orang-Orang Sholeh

MenjadiSholeh. Islam, Al-Quran dan orang-orang sholeh adalah rangkaian yang tidak bisa dipisahkan. Ketiganya akan hilang sebagai tanda semakin mendekatnya hari kiamat. Kehidupan manusia pun kelak benar-benar bebas.

Ketika penulis masih berusia 14 tahun, para orang tua yang tinggal di kampung kerap berujar sewaktu ada orang sholeh yang meninggal dunia. Katagori orang sholeh dalam pandangan mereka adalah ulama besar yang ahli dalam segala bidang ilmu  agama dan memiliki pengaruh kuat dalam kehidupan masyarakat. Tanda-tanda akhir zaman sudah mulai bermunculan satu per satu, begitu kata mereka. Bila disimak sepintas, ada benarnya ucapan mereka.

Rasulullah SAW menyatakan, salah satu tanda-tanda kiamat ialah Allah SWT mengangkat ke langit segala ilmu dengan matinya ulama yang sholeh. Sosok ulama bukanlah semata-mata ahli ilmu. Di samping menguasai ilmu-ilmu yang membawa manusia ke arah takwa, mereka juga konsisten (istiqomah) mengamalkan ilmunya. Sehingga terbina generasi yang mampu bersikap takwa pada masa mendatang.

Dalam keterangan lain yang ditulis Ibnu Katsir lewat kitab An-Nihayah, Rasulullah menjelaskan kepada umatnya bagaimana orang-orang sholeh bisa hilang di akhir zaman. Imam Bukhari meriwayatkannya dengan sanad dari Mardas Al-Islami bahwa Rasulullah bersabda; “Orang-orang sholeh akan hilang satu per satu, sehingga tinggallah orang-orang sampah seperti gandum dan kurma serta Allah SWT sama sekali tidak mempedulikan keberadaan mereka.” Maksudnya yang tersisa hanyalah manusia yang tidak berguna.

Tuan Guru Nik Abdul Aziz Nik Mat dalam buku Tazkirah; Melihat Kiamat dari Jendela Al-Quran mengemukakan, apabila ulama yang bertakwa wafat, berarti terangkat ilmu disebabkan Allah SWT tidak mendatangkan penggantinya. Demikian pula dengan terangkatnya ayat-ayat Al-Quran ke langit. Allah SWT akan mengangkat ayat serta surat Al-Quran bukan saja dengan hilangnya ayat-ayat itu dari mushaf. Namun dengan segala ayat-ayat yang terekam di dalam hati manusia juga akan hilang. Apabila mereka yang hafidz(hafal) Al-Quran sudah lupa dengan segala surat-surat yang dihafalnya, berarti Allah SWT telah mengangkat Al-Quran dari dada manusia.

Islam Menjadi Agama Asing

Seperti tercatat dalam sejarah, Islam hadir secara perlahan. Setelah Islam tersebar ke berbagai penjuru, pada akhir zaman Islam kembali redup. Pada saat yang bersamaan, kejahatan merajalela, Al-Quran hilang, ilmu (agama) lenyap, dan Allah SWT mencabut nyawa orang-orang yang dalam jiwanya masih ada iman. Pun orang yang setia pada sunah nabi akan surut jumlahnya. Sementara orang yang melanggarnya secara terbuka bertambah banyak, ada dimana-mana.

‘Abdullah Ibnu Mas’ud meriwayatkan, Nabi Muhammad SAW bersabda; “Islam muncul sebagai sesuatu yang dianggap asing dan ia akan kembali dianggap asing seperti awal kemunculannya. Maka beruntunglah orang-orang yang dianggap asing.” (HR. Muslim) Hadis tersebut menunjukkan sedikitnya jumlah kaum muslimin dan orang yang menyambut serta menerima seruan dakwah, sehingga mereka dianggap aneh oleh masyarakat lain.

Lebih lanjut dipaparkan, orang-orang terasing terbagi menjadi dua kelompok.  Pertama,mereka yang membenahi diri ketika orang-orang telah menjadi rusak. Kedua, orang yang memperbaiki sunah yang telah dirusak orang-orang. Menurut penafsiran para ulama, kelompok kedualah yang lebih tinggi kedudukannya dan lebih sholeh. Imam Al-Awza’i berkata, itu tidak berarti Islam seketika punah, namun ahlussunnah akan kian menghilang hingga di sebuah negara tinggal seorang penganut saja.

Ahlussunnah atau lebih lengkapnya ahlussunnah wal jamaah adalah semua orang Islam yang mengikuti jalan hidup sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya serta mayoritas umat Islam. Mereka mempelajari jalan itu, bertindak sesuai dengannya dan mengajarkannya kepada orang lain. Mereka terdiri atas ulama, murid-murid mereka dan orang-orang yang mengikuti jejak langkah mereka.

Dalam pernyataan kaum salaf, kita bisa mendapati banyak pujian terhadap sunah dan penggambaran bahwa sunah akan menjadi sesuatu yang dirasa aneh dan jumlah para penganutnya akan menyusut hingga tinggal beberapa saja. Sebab itulah mengapa disebutkan, merekalah orang-orang sholeh yang dikelilingi orang-orang yang kerap berbuat jahat. Pendeknya, orang yang menampik mereka jauh lebih banyak daripada orang yang menaati.

Jika pada masa lalu pendidikan Islam secara umum diarahkan untuk mempelajari Al-Quran, hadis, syariat dan sebagainya, namun kelak hanya ada sedikit pelajaran formal tentang agama Islam, selain minimnya guru agama yang berkualitas. Implikasinya banyak hal yang tidak dipahami secara utuh, sehingga ketidaktahuan generasi muda mengenai agama Islam semakin merajalela. Di samping itu, mereka juga dididik dengan nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Diriwayatkan dalam Musnad Imam Ahmad bahwa ‘Ubadah Ibn Al-Shamit berkata kepada salah seorang sahabatnya; “Akan segera tiba suatu masa yang sekiranya kamu masih hidup, kamu akan meyaksikan seseorang yang membaca Al-Quran dengan bahasa Muhammad SAW, mengulang-ulang bacaan, memerintahkan yang dihalalkan dan melarang yang diharamkannya. Statusnya kemudian akan direndahkan dan kedudukannya akan diabaikan oleh kalian. Ia akan dianggap seperti keledai yang sudah mati.”

Memang benar, pada akhir zaman seseorang yang beriman akan direndahkan karena sikapnya yang dipandang aneh oleh orang-orang yang berperilaku buruk. Semua orang akan membenci  dan memaki-makinya, karena diangap berani menentang jalan hidup mereka. Orang yang teguh memegang agama akan disebut sebagai pendusta dan orang-orang akan memandangnya seolah-olah ia telah mengkhianati Islam. Orang bukan saja akan menolak kebenaran dan menampik orang jujur, tetapi mereka akan menaruh kepercayaan dan nasib umat Islam di tangan seorang pendusta.

Abu Hurairah meriwayatkan, Nabi Muhammad SAW bersabda; “Sebelum kiamat tiba, akan  muncul tahun-tahun penuh penipuan. Ketika itu orang yang jujur akan dicap pendusta, sedangkan seorang pendusta justu akan dipercaya dan orang-orang bodoh akan angkat bicara.” (HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah). Dalam bahasa sederhana, ketika ilmu agama diangkat ke langit dan hilang untuk selamanya, manusia akan mengangkat orang-orang bodoh sebagai pemimpin mereka yang akan menghadapi persoalan dan menjawabnya tanpa dasar pengetahuan agama.

Tanda Hapusnya Islam

Bagaimana Islam dihapuskan? Adalah Ibnu Majah dan Al-Hakim yang menyampaikan dari Hudzaifah bin Al-Yaman bahwa Rasulullah  bersabda; “Islam dihapuskan seperti hilangnya warna baju sampai tidak diketahui apa itu puasa, shalat, haji dan sedekat. Kitabullah dimusnahkan dalam satu malam sampai tidak tersisa satu ayat pun dan yang tersisa adalah kakek-kakek serta nenek-nenek yang mengatakan, ‘kami melihat orang tua kami mengatakan la ilaaha illallah (tidak ada Tuhan selain Allah), maka kami pun mengatakannya’.”

Al-Hakim dalam kitab Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah mengemukakan, hadits di atas shahih, sesuai syarat Imam Muslim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi. Imam Al-Bushairi menambahkan, sanadnya shahih dan perawinya terpercaya. Orang-orang yang tersisa ini tidak mengetahui Islam kecuali kalimat tauhid yang sudah hilang. Bisa dibayangkan, Al-Quran yang ketika diturunkan kepada Rasulullah melewati masa lebih dari 22 tahun hilang dalam satu malam. Yang dimaksud hilang berarti tidak ada lagi orang yang membaca dan mengetahui isi, apalagi menghapalnya. Perlu disadari, hakekatnya semua peristiwa tersebut tentunya atas kehendak Yang Maha Kuasa.

Kitab Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir mencatat, di antara contoh terhapusnya Islam saat itu terputusnya rukun Islam yang kelima. Maksudnya tidak ada lagi orang yang melakukan ibadah haji dan umrah di Tanah Suci. Dalam Musnad Abu Ya’la dan Mustadrak Al-Hakim diriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Abu Said bahwa  Rasulullah SAW bersabda;“Kiamat tidak akan terjadi sampai Kota Mekkah tidak didatangi orang lagi untuk berhaji.”Dari Anas diriwayatkan –seperti tercatat dalam kitab Misykat Al-Mashabih—, Rasulullah bersabda; “Tidak akan terjadi kiamat sampai di bumi Allah tidak disebut-sebut lagi nama ‘Allah’.” (HR. Muslim).

Berkurangnya keberadaan orang-orang sholeh di tengah kehidupan masyarakat, bertambah sedikit jumlah orang yang mempelajari kitab Al-Quran dan terus menurunnya penyebaran Islam menjadi pertanda akan segera berakhirnya umur dunia. Keadaan selanjutnya digambarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Jami’ Al-Ushul dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda; “Allah mengirimkan angin yang lebih lembut dari sutera dari arah Yaman. Angin itu mencabut nyawa setiap orang yang dihatinya terdapat iman walau sebesar atom.”

Sementara dalam kitab Shahih Muslim –Bab Fitnah, sub bab Penyebutan Dajjal—yang disampaikan An-Nawwas bin Sam’an, saat mereka dalam keadaan demikian, Allah SWT mengirimkan angin yang sejuk. Angin itu melewati bagian bawah ketiak mereka, mencabut nyawa setiap mukmin dan muslim. Sehingga tinggallah orang-orang jahat yang bersuka ria seperti keledai. Pada merekalah kiamat terjadi.

Adapun yang dimaksud dengan bersuka ria seperti keledai adalah seorang lelaki bersenggama dengan perempuan di hadapan orang lain (terbuka), sementara mereka tidak merasa jengah akan hal itu. Keadaan ini sesungguhnya menggambarkan tidak adanya tata kaidah yang mengatur perangai masyarakat. Pola hidup manusia layaknya binatang yang mengutamakan nafsu liar daripada akal sehatnya. Nilai agama, moral dan etika kehidupan sudah tidak diindahkan lagi.

Hemat penulis, ini tidak jauh berbeda dengan kondisi manusia sekarang yang banyak terjadi pada masyarakat Barat. Mereka melakukan kontak fisik dengan cara membuat klub atau kelompok tertentu. Semisal klub telanjang atau klub tukar pasangan yang melakukan pesta seks di pantai, kebun, taman atau fasilitas umum lainnya. Ini sebagai fakta bahwa perilaku kemanusiaan akan kembali kepada watak kejahiliyahan, bahkan lebih dahsyat daripada itu.Wallahu a’lam bis shawab.***

Penulis Lukman Hakim Zuhdi

Sejarah Perayaan Natal Yang Sebenarnya



            Perayaan Natal mempunyai arti yang berbeda kepada setiap orang yang berbeda. Banyak yang menganggap hari itu sebagai satu kesempatan untuk saling membagi rasa, mengasihi, memberi dan diatas semua itu, hari itu adalah hari sukacita atas lahirnya Kristus. Dipusat kota lampu-lampu menerangi ruas-ruas jalan, toko-toko berbisnisria, pesta diselenggarakan, bahkan rumah tangga yang murah hati membagikan dermanya dengan senang.

 

            Apa sebenarnya Hari Natal itu? Mengapa orang-orang didunia merasa heran ketika melihat Sidang Jemaat Kristus tidak merayakan hari perayaan tersebut? Jawabannya : adalah Perayaan Hari Natal tidak dapat kita temukan dalam Alkitab. Mari kita kembali ke zaman lampau.

 

Zaman Yang Dahulu Kala

 

            Penyembahan kepada Dewa Matahari sudah lama dilakukan didaratan Eropa dan Laut Tengah. Penyembahan kepada berhala ini dilakukan dalam bentuk yang berbeda di setiap negeri yang berbeda. Nama–nama yang umum diberikan adalah:  Ra, Osiris, Baal, Mithra dsb. Apapun bentuk dan nama yang dipakai untuk dewa matahari, itu selalu dihubungkan dengan kesucian seorang perempuan terhadap dewa tersebut. Sinar matahari menyebabkan bumi yang dingin di musim dingin menjadi hangat dan memberikan suatu kehidupan yang baru pada musim semi. Matahari di anggap sebagai suatu kuasa yang memberikan keberhasilan dan kehidupan. Penyembahan kepada matahari adalah didasarkan pada penyembahan kuasa yang memberi keturunan.

 

            Seorang sejarawan menulis : “Sebagaimana matahari adalah dewa yang terbesar, tuhan yang maha tinggi dan sebagaimana dia memberikan kuasanya didalam reproduksi, itu dipegang menjadi penyembahan yang paling berkenan bagi para penyembahnya, sehingga mereka memperhambakan diri mereka sendiri dan juga kekuatan mereka. Sebagai akibatnya pelacuran adalah sifat utama dari penyembahan dewa matahari dimana saja di jumpai pada saat itu. Mengorbankan/menyerahkan keperawanan seorang perempuan adalah persembahan yang paling berkenan yang perna dibuat pada penyembahan matahari.”

 

            Dibelahan bumi utara, hari yang paling pendek adalah 25 Desember (21 Desember dalam kalender kita sekarang ini, karena perbaikan kalender pada tahun 1752). Tetapi hari itu juga adalah hari permulaan yang panjang dari hari-hari sebelumnya. Jadi, Suku-suku dibagian utara Eropa memilih hari ini sebagai hari lahirnya “Dewa Matahari.”

 

            Di Roma, tanggal 25 Desember dirayakan sebagai hari lahirnya dewa matahari yang tidak terkalahkan. Pada tahun TM 274, Kaisar Romawi Aurelian mengumumkan bahwa tgl 25 Desember sebagai hari libur nasional dalam merayakan hari lahirnya dewa matahari.

           

            Selama perayaan, para keluarga berkumpul dan melakukan pesta besar. Bahkan para budak juga dibebaskan untuk menghadiri hari raya dan memakai pakaian tuannya. Saling menukar hadiah. Tetapi hari ini pada dasarnya merupakan bekas hari raya “Saturnalia” orang Romawi kuno dalam menghormati dewa panen orang Roma.

 

Jemaat Tuhan Yang Mula-Mula

 

            Pada permulaan abad ke TM tiga, orang Kristen yang mula-mula mulai mencontoh atau mengikuti praktek-praktek agama penyembah berhala. Mereka menerimah hari raya penyembah berhala dan dan cara-cara mereka di dalam melakukan peribadatan.

 

            Tertulian, kira-kira pada tahun T.M. 230, meratapi akan fakta ini yang dilakukan oleh orang Kristen yang mula-mula : “Kita (orang Kristen) yang tidak mengenal hari sabat, bulan-bulan baru dan pesta-pesta lainnya, dianggap sekali berkenan kepada Allah. Pesta Saturnalia pada bulan Januari, Brumalia, dan Matronalia sekarang sudah sering dilakukan, pemberian hadiah dibagikan kesana …dan …kemari....”

 

            Dalam harapan untuk mempercepat penginjilan, para pemimpin jemaat mula-mula memutuskan untuk memperkenalkan perayaan-perayaan dan praktek-praktek penyembah berhala yang disebut “terang. Ide yang cemerlang ini merasuki pikiran mereka. Semenjak para penyembah berhala merayakan hari lahirnya dewa matahari mereka pada tanggal 25 Desember, mengapa tidak merayakan hari lahirnya Anak Allah pada hari itu dan memperkenalkan sebagian dari praktek keagamaan mereka ke dalam gereja dan menjadikan itu sebagai hari raya Kristen? Dengan hal ini mereka mengharapkan untuk mengalihkan pemikiran mereka yang terikat dari agama penyembah berhala, yaitu dari menyembah berhala matahari beralih kepada penyembahan Anak Allah. Berdasarkan poin ini,  Mosheim, seorang sejarawan gereja, mencatat : “Penyembahan berhala telah menjadi kebiasaan terhadap banyak orang dan perayaan-perayaan yang meriah dari masa pertumbuhan mereka, dan ketika mereka melihat agama baru yang tidak memiliki kuil penyembahan, mesbah-mesbah, korban, imam-imam dan semua keindahan yang seharusnya dimiliki oleh penyembah berhala yang sangat berarti,  bagi orang yang tidak terbuka pemikirannya akan muda menganggap agama melalaui apa yang mereka lihat. Untuk mendiamkan tindakan ini, para pemimpin Kristen meredam pemikiran orang-orang seperti ini.”

 

            Awal dicatatnya praktek itu adalah di Roma tahun T.M. 336. Kemudian berkembang ke Antiokia pada tahun T.M. 375. Kemudian ke Constantinopel (sekarang Istanbul) pada tahun T.M. 380, Alexanderia tahun T.M. 430 dan ke Yerusalem pada tahun T.M. 450.

 

Nama Yang Di Pakai Sekarang

 

            Gereja Roma Katolik merayakan hari itu yang di sebut sebagai “MISA TENGAH MALAM” sehari sebelum Natal (Christmas) untuk merayakan perkiraan lahirnya Kristus. Ada juga misa tersendiri pada hari itu. Jadi kata “Christmas” berasal dari kata “Christ’s Mass” bahasa Inggris yang lama, “Christes Maesse.” Missa adalah versi atau sebutan Gereja Katolik Roma untuk “Perjamuan Tuhan.” Kata Christmas itu sendiri (Natal dalam bahasa Indonesia) bukanlah bahasa aslinya, tetapi terbentuk dari tradisi manusia. Jadi kata itu sendiri tidak ada hubungannya dengan kelahiran Kristus, tetapi sebaliknya di tujukan kepada kematian Kristus sebagaimana missa yang orang Katolik peringati.

     

            Mari kita berbicara sesuai dengan Firman Allah, (1 Petrus 4:11). Mari kita berbicara dimana Alkitab berbicara dan berdiam diri dimana Alkitab berdiam diri. Marilah kita melakukan hal-hal yang Alkitabiah, sesuai dengan cara Alkitab dan menyebut sesuatu yang Alkitabiah dengan nama Alkitab.

 

Mari Kita Membicarakan

 

            Seseorang mungkin berkata : “Mengapa seseorang terlalu peduli pada sejarah ini?” Bukankah juga kita merayakan hari kelahiran kita? Bukankah hal ini merupakan kesempatan yang baik untuk mengatakan kepada dunia tentang Kristus Juruselamat yang datang kedunia  dan  jiwa-jiwa dimenangkan kepada Kristus?

 

            Sebelum mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, ada baiknya kita memperhatikan beberapa hal berikut ini :

      

            1.         Kita tidak tidak boleh menentukan langkah kita sendiri dalam hal-hal rohani (Yermia 10:23).  Karena jalan yang disangka orang lurus adanya, tetapi akhirnya menuju maut (Amsal 16:25). Rancangan Allah bukanlah rancangan kita, dan jalannya  bukanlah jalan kita (Yesaya 55:8-9). 

 

            Kita tidak boleh menuntun langkah kita sendiri dalam hal-hal rohani, lalu dari mana kita harus mendapatkan bimbingan?

 

            Adapun tiap-tiap kitab yang diwahyukan oleh Allah  berfaedah bagi pelajaran, bagi hal menyatakan yang salah,  bagi hal memperbaiki yang rusak, dan bagi hal mengajarkan jalan yang benar, supaya hamba Allah itu sempurna, terlengkap bagi segala perbuatan yang baik (2 Timotius 3:16–17).

 

            Dalam setiap bangsa, siapa saja yang melakukan kebenaran berkenan kepada Allah.  Jika tidak ada instruksi dari Kitab Suci untuk melakukan sesuatu, maka itu berarti suatu tindakan yang tidak sesuai dengan Kitab Suci, tetapi itu semata-mata hanya anggapan atau rekaan manusia bahkan suatu pemberontakan.

      

            2.         Dalam segala sesuatu yang kita lakukan, kita harus mempunyai othoritas Alkitab (Kol 3:17 … di dalam nama … artinya, dengan othoritas). Kita tidak boleh melangkah keluar dari ajaran Kristus (2 Yoh 9). Kita harus tinggal dalam ajaran dan  mempunyai prinsip seperti yang tertulis dalam 1 Kor 4:6 …kamu belajar dari kami, jangan melampaui apa yang sudah tertulis.

 

            Berdasarkan prinsip yang mendasar dan sederhana yang ditemukan dalam Akitab, perhatikan hal-hal berikut ini  :

 

a.         Tidak ada instruksi, langsung atau tidak langsung, diberikan dimanapun dalam Alkitab bahwa kita harus merayakan hari kelahiran Kristus. Ketika setan mencobai Kristus, Tuhan menjawab “ada tertulis” (Matius 4:1-11). Paulus menuliskan tentang perjamuan Tuhan : “Karena barang apa yang aku ini sudah terimah dari Tuhan itulah juga aku serahkan kepada kamu” (1 Kor 11:23). Dapatkah kita menggunakan pernyataan ini sebagai “Christmas atau Hari Natal” dan kemudian mengatakan bahwa “kita menerima dari Tuhan atau hal itu tertulis dalam Alkitab?”

 

b.         Tanggal 25 Desember bukanlah hari kelahiran Yesus Kristus,           karena Dia bukan lahir pada musim dingin!

 

            Kristus lahir disaat para gembala sedang berada dipadang menjaga kawanan domba mereka di malam hari (Lukas 2:8). Ini tidak mungkin terjadi pada bulan Desember.  Para gembala selalu membawa kawanan ternak mereka di kaki gunung dan dipadang rata pada pertengahan Oktober. Hal ini dilakukan untuk melindungi ternak mereka dari kedinginan dan hujan pada musim dingin (lihat Kidung Agung 2:11; Ezra 10:9,13).

 

            “Merupakan kebiasaan sejak dahulu diantara orang yahudi disaat itu membawa ternak mereka kepadang yang rata sekitar hari raya pasha orang yahudi (awal musim semi), dan membawanya pulang kerumah pada permulaan musim hujan,” (Comentar Adam Clarke, Vol. 5, hal. 370, New York ed.). Adam Clarke selanjutnya menulis, “Selama ternak mereka ada diluar, para gembala menjaga ternak mereka siang dan malam. Ketika musim hujan mulai pada awal bulan Marches-van, dalam bulan kita adalah Oktober dan November kita menemukan bahwa setiap ternak digembalakan dipadang yang terbuka selama musim panas. Disaat itu para gembala tersebut, belum membawa pulang ternak mereka, diduga bahwa bulan Oktober belum di mulai.  Berdasarkan kenyataan ini, Kristus tidak lahir pada tanggal 25 Desember, dimana ternak-ternak tidak dijaga diluar rumah dan tidak juga pada akhir bulan September, disaat itu ternak-ternak ada diluar pada waktu malam hari.”

 

            Berdasarkan fakta ini, kelahiran Kristus pada bulan Desember tidaklah benar. Penggembalaan ternak dimalam hari ditempat terbuka adalah fakta yang sesuai dengan peristiwa.

 

            Dengan semua fakta-fakta diatas mari kita membandingkan dengan Kitab Suci  : 

   

            1.         Tidak ada instruksi atau perintah, langsung ataupun tidak langsung diberikan kepada kita untuk merayakan hari kelahiran Kristus.  Kita harus mendasari iman kita didalam Firman Allah, dan bukan dalam apa yang dipikirkan manusia baik atau benar.          

Kita harus mempunyai nama kitab, pasal, dan ayat yang memberikan perintah kepada kita untuk melakukan sesuatu secara rohani. Jika itu tidak tertulis maka hal itu tidak berlandaskan iman, karena iman itu datang dari mendengar Firman Allah (Roma 10:17).

 

            2.         Kristus tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Dalam hal ini kita dapat  memastikan Jika kita menyanyikan  : “…Yesus Kristus anak Maria lahir pada Hari Natal,” kita menyanyikan pujian kebohongan di surga. Gereja adalah tiang dan dasar kebenaran  (1 Timotius 3:15),  bukan dasar dan tiang kebohongan atau khayalan belaka.

 

            3.         Meniru setiap cara penyembahan penyembah berhala yang menyembah berhalanya, tidaklah dapat berkenan kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi. Peliharalah dirimu dari pada jerat, sehingga kamu menurut teladannya, ...Dan jangan kamu bertanya-tanya akan hal dewa-dewa mereka itu sampai katamu : bagaimana perihal bangsa-bangsa itu berbuat kepada dewa-dewanya, supaya kami berbuat demikian?  Jangan kamu berbuat begitu terhadap Tuhan Allahmu karena segala perkara yang telah diperbuat mereka itu akan dewea-dewanya.  Ia itu kebencian belaka kepada Tuhan, …Maka segala Firma yang kupesan akan kamu sekarang,  hendaklah kamu peliharakan dan menurut akan Dia. Janganlah ia itu kamu tambahi atau kamu kurangi. Ulangan 12:30-32. Penyembah berhala merayakan hari lahir dewa atau dewi mereka. Apakah kita melakukan hal yang sama?

 

            Kebanyakan hari Natal saat ini bersifat bersifat bisnis dagang, bergembira-ria (dansa, pesta pora dan bermabuk-mabukan) dan menyanyikan dusta kebohongan dihadapan Allah di sorga.

 

Kesimpulan

 

            Perayaan hari lahirnya dewa matahari sudah membudaya dalam KeKristenan dan itu telah berlangsung selama berabad-abad. Tradisi manusia seperti bertentangan dengan Firman Allah. Mari kita memperhatikan peringatan Allah : “Percuma mereka itu beribadah kepadaKu, karena ajaran yang mereka ajarkan itu adalah perintah-perintah manusia.” (Matius 15:9). 

 

            Kita harus memperhatikan ajaran yang diajarkan para Rasul-Rasul kepada kita, dan bukan yang diajarkan oleh manusia (Kis 2:4; 1 Kor 11:23; 2 Tesalonika 2:15). “Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terimah dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis” (2 Tesalonika 2:15).

 

            Pertanyaan yang sering ditanyakan : “Mengapa saudara sebagai orang Kristen tidak merayakan Hari Natal?” Sebuah pertanyaan yang lebih pantas untuk di tanyakan : Mengapa  saudara sebagai orang Kristen merayakan Hari Natal?

 

            Sejak permulaannya, gereja Tuhan telah terpengaruh terhadap agama penyembah berhala. Penyimpangan pertama yang dilakukan pemimpin gereja pada waktu itu adalah ketika mereka mengadopsi sistim kepemerintahan Romawi. Kemudian timbul penggunaan air suci, pembaptisan bayi, dan sebagainya. Natal adalah salah satu contoh dari penyimpangan.

 

            Apakah kita ingin serupa dengan orang-orang dunia? (Roma  12:2).

oleh : Soo  Kok  Leong

AGAMA ISLAM


ArfaSholeh. Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad . Dengan Islam, Allah mengakhiri serta menyempurnakan agama-agama lain untuk para hambanya. Dengan Islam pula, Allah menyempurnakan kenikmatanNya, dan meridlai Islam sebagai dinnya. Oleh karena itu tidak ada lain yang patut diterima selain Islam. Allah SWT berfirman: "Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-nabi… " (QS. Al-Ahzab : 40). "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah kucukupkan kepadamu ni'matKu, dan telah Kuridlai Islam itu jadi agama bagimu…" (QS. Al-Maidah : 3). "Sesungguhnya Ad-diin (yang diridlai) di sisi Allah hanyalah Islam…" (QS. Al-Imran : 19). "Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Al-Imran : 85). Allah SWT telah mewajibkan seluruh umat manusia agar memeluk agama Islam karena Allah. Hal ini sebagaimana telah difirmankan-Nya kepada Rasul-Nya, yang artinya :  "Katakanlah : "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk." (QS. Al-A'raf 158). Dari Abu Hurairah t dikatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidak seorang pun dari ummat ini, Yahudi maupun Nasrani, yang mendengar tentang aku, kemudian mati tidak mengimani sesuatu yang aku diutus karenanya, kecuali dia termasuk penghuni neraka." (HR.Muslim). Beriman kepada Nabi SAW artinya : membenarkan dengan penuh penerimaan dan kepatuhan terhadap segala yang dibawanya, bukan hanya membenarkan semata. Oleh karena itulah Abu Thalib ( paman Nabi SAW) dikatakan bukan orang yang beriman kepada Nabi SAW, walaupun ia membenarkan apa yang dibawa oleh keponakannya itu, dan dia juga mengakui bahwa Islam adalah agama terbaik. Agama Islam mencakup seluruh kemaslahatan yang dikandung oleh agama-agama terdahulu. Islam mempunyai keistimewaan, yaitu relevan untuk setiap masa, tempat dan umat. Allah SWT berfirman kepada Rasulnya yang artinya : "Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu… "( QS. Al-Maidah : 48). Islam dikatakan relevan untuk setiap masa, tempat dan umat, maksudnya adalah bahwa berpegang teguh pada Islam tidak akan menghilangkan kemaslahatan umat di setiap waktu dan tempat. Bahkan dengan Islam, umat akan menjadi baik. Tetapi bukan berarti Islam tunduk pada waktu, tempat dan umat, seperti yang dikehendaki sebagian orang. Agama Islam adalah agama yang benar. Allah menjamin kemenangan kepada orang yang memegangnya dengan baik. Hal ini dikatakan dalam firman-Nya, yang artinya : "Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkannya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai." ( QS. At-Taubah : 33). Dan Allah telah berjanji kepada orang orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amalan-amalan yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridlainya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam kekuatan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." ( QS. An-Nur : 55). Agama Islam merupakan aqidah dan syariat. Islam adalah agama yang sempurna dalam aqidah dan syai'at, karena : 1. memerintahkan untuk bertauhid dan melarang syirik. 2. memerintahkan untuk bersikap jujur dan melarang berbuat bohong/dusta. 3. memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang berbuat lalim. Catatan : Adil artinya menyamakan yang sama dan membedakan yang berbeda, bukan persamaan secara mutlak seperti yang dikatakan sebagian orang, yang mengatakan bahwa Islam adalah agama persamaan yang mutlak. Menyamakan hal-hal yang berbeda merupakan kelaliman yang tidak dianjurkan oleh Islam, dan pelakunyapun tidak terpuji. 4. memerintahkan untuk bersikap amanat dan melarang khianat. 5. memerintahkan untuk menepati janji dan melarang ingkar janji. 6. memerintahkan untuk berbakti pada ibu-bapak serta melarang menyakitinya. 7. memerintahkan untuk bersilaturrahim/menyambung hubungan dengan kerabat dekat, serta melarang memutuskannya. 8. memerintahkan untuk berbuat baik dengan tetangga dan melarang berbuat jahat kepada mereka.Secara umum Islam memerintahkan agar bermoral baik dan melarang bermoral buruk. Islam juga memerintahkan setiap perbuatan baik, dan melarang perbuatan buruk. Allah SWT berfirman : "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, Dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." ( QS. An Nahl : 90).

PTC Sistem Baru di Indonesia


Klik klak klik PTC sistem baru yang markusip nih....
Klik aja disini ya....

Sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit duit... Amiiin.


Rabu, 22 Desember 2010