Selasa, 13 Desember 2011

Keistimewaan Syariat Islam





(Maka Kami Jadikan yang demikian itu hukuman yang berat bagi orang-orang pada masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi peringatan bagi orang-orang yang bertaqwa) (QS Al Baqarah, 2:66)


Dalam Islam berlaku kaidah, ” tidak ada hukuman kecuali oleh sebab adanya pelanggaran, dan tidak ada pelanggaran kecuali adanya nash”. Jadi, harus ada nash terlebih dahulu baru sebuah perbuatan itu dapat dikatergorikan sebagai pelanggaran, kemudian diberlakukan hukuman bagi yang melanggar.
Dari sini kita akan dapat memahami betul Ke-Mahaadilan Allah swt , yang menyatakan, (Dan Kami tidak akan mengazab hingga Kami utus Rasul terlebih dahulu) (QS Al Isra, 17:15). Allah swt tidak akan pernah memberikan siksa atau azab kepada orang-orang kafir dan ahli maksiat di neraka nanti kecuali setelah Allah mengutus Rasul kepada mereka untuk menjelaskan tentang Syariat-Nya.
orang-orang yang islamfobia mencoba memanfaatkan kata, “Nakaala” dalam ayat tersebut di atas bermakna “hukuman yang berat” dengan menyebarkan fitnah terhadap Syariat Islam dengan menyatakan bahwa Syariat Islam itu terkesan kejam, keras, bertentangan dengan HAM, tidak manusiawi, tidak adil, zalim dan bermacam-macam tuduhan lainnya. Dan, ironisnya tidak jarang pernyataan semacam ini muncul dari orang-orang yang mengaku muslim, bahkan kadang dijuluki Cendikiawan Muslim.
Benarkah hukum Allah itu keras sebagaimana yang mereka tuduhkan? Untuk menjawab tuduhan mereka yang tidak beralasan tersebut, maka perlu dipaparkan beberapa “keistimewaan syariat islam” sebagai pedoman hidup. Paling tidak, ada “empat” keistimewaannya.
1. Bahwa dalam Islam kekuasaan “mutlak” itu hanya di tangan Allah swt. Kekuasaan menetapkan hukum itu hanya pada Allah, tidak ada perorangan, golongan , partai, maupun pada kesepakatan seperti yang terjadi pada sistem demokrasi. Dalam syariat Islam yang berhak menetapkan aturan dan hukum hanya Allah, “ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah” (QS Al A’raaf, 7:54). Juga firman Allah swt pada QS Al An’aam ayat 57; Asy Syuraa ayat 10 dan An Nisaa’ ayat 105. Maka salah satu bentuk kesesatan orang Yahudi dan Nasrani di antaranya adalah ketika “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah” (QS At Taubah, 9:31)
2. Syariat Islam bersifat komprehensif, yakni mengatur semua aspek kehidupan. Allah swt berfirman “Dan Kami turunkan kepadamu (Muhammad) Al Kitab (AL QURAN) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta Rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri” (QS An Nahl, 16:89)
3. Sempurna dan sesuai dengan fitrah manusia. “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu Nikmat-Ku, dan telah Ku-ridahi Islam itu menjadi agama bagimu”(QS Al Maaidah, 5:3). Kesesuaian dengan fitrah manusia, maksudnya memandang manusia tidak sebagai hewan sehingga hanya memenuhi kebutuhan biologisnya, tidak juga sebagai malaikat yang tidak memiliki hawa nafsu. Tetapi seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani. Allah swt berfirman ” Dan carilah dengan apa yang dianugerahkan Allah kepada engkau akan negeri akhirat dan janganlah engkau melupakan bagianmu di dunia” (QS Al Qashash, 28: 77). Bahkan keduanya dalam Islam tidak bisa dipisahkan antara urusan dunia dan akhirat. Bila seorang muslim mencari harta itu pun harus dalam rangka dunia dan akhirat, sehingga dalam mencarinya harus sesuai dengan aturan-Nya.
4. Fleksibel (luwes). Ada beberapa bentuk fleksibelitas Syariat Islam, di antaranya, Pertama, dari sisi hawa nafsu, Islam tidak menghendaki manusia itu mematikan hawa nafsu dan juga tidak menyukai manusia yang memenuhi hawa nafsunya tanpa aturan, yang dituntut adalah upanya pengendalian. Allah swt berfirman “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian haramkan apa-apa yang baik yang Allah telah halalkan bagi kalian, dan janganlah kalian melampaui batas” (QS Al Maaidah, 5:87)
juga dalam firman-Nya: ” Orang-orang yang bertaqwa yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada waktu lapang dan pada waktu sempit, dan orang yang menahan amarahnya, dan memaafkan kesalahan orang lain” (QS Ali Imran, 3 :133-134) serta tidak boleh berlebihan, “Makan dan minumlah dan jangan berlebihan” (QS Al Araaf, 7:31)
Rasullah saw bersabda: “Tiap-tiap ucapan baik tasbih, takbir, tahmid maupun tahlil adalah sedekah, amar ma’ruf nahi munkar sedekah, bersenggama dengan isteri pun sedekah”. Para sahabat lalu bertanya, “Apakah melampiaskan syahwat mendapat pahala? Nabi menjawab, “Tidakkah kamu mengerti bahwa kalau dilampiaskannya di tempat yang haram bukankah itu berdosa? Begitu pula kalau syahwat diletakkan di tempat halal, maka memperoleh pahala” (HR. Muslim).
kedua, mudah dalam mengerjakan shalat, karena semua bumi ini masjid kecuali kuburan dan tempat pemandian (HR. Ahmad). Ketiga, sengat sedikit yang dibebankan dan yang diharamkan. Keempat, gugurnya kewajiban yang bisa diganti dengan yang lebih ringan. Gugurnya haji karena tidak mampu. Bila tidak mampu shaum boleh diganti fidyah dan bila tidak dijumpai air untuk berwudhu boleh bertayamum (QS Al Imran, 3:97,Al Baqarah, 2:184,An Nisaa’, 4:43)
kelima, dalam kondisi yang betul-betul “darurat” seorang muslim diperbolehkan melakukan yang dilarang. Allah swt berfirman: ” Hanya sesungguhnya Allah mengharamkan bagi kalian bangkai, darah, daging babi, dan hewan yang disembelih (disebut) selain nama Allah. Maka barangsiapa terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melebihi batas, maka tidaklah dia berdosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang” (QS Al Baqarah , 2 : 173)
Juga dalam firmannya “Maka barangsiapa dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhan-Mu Maha Pengampun Lagi Maha Peyanyang” (QS Al An’am, 6 : 145)
dan Dalam firmanya pula ” Bahwasannya Allah mengharamkan kepada kalian bangkai, darah, daging babi, dan apa-apa yang disembih selain (nama) Allah, maka barangsiapa terpaksa tidak karena keinginan dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha Peyanyang” (QS An Nahl , 16 : 115)
Keenam, pelaksanaan kewajiban ada yang mutlak harus sempurna tapi ada juga “ruksyah” (keringanan). Ketujuh, gugurnya kewajiban berperang bagi yang tidak mampu, di antaranya orang-orang buta dan pincang. Allah swt berfirman ” Tiadalah dosa bagi orang yang buta, orang pincang, dan orang sakit (tidak ikut berperang)” (QS Al Fath, 48:17). Kedelapan, dihalalkan beberapa jenis binantang ternak yang dulu diharamkan. Kesembilan, larangan shaum sepanjang tahun penuh.
Kesepuluh, bertahap dalam melaksanakan kewajiban, sebagaimana pelarangan khamar. Allah swt berfirman “Mereka menanyakan kepadamu tentang khamar (minuman keras) dan judi, Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, sedang dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya” (QS Al Baqarah, 2:219)
Juga dalam firma-Nya “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi (berkurban untuk) berhala dan mengundi nasib, adalah keji dari pada perbuatan setan. Maka jauhilah agar kalian mendapat keberuntungan” (QS Al Maaidah, 5 : 90)
kesebelas, tidak ada perantara antara hamba dengan Allah swt, baik dalam akidah maupun dalam ibadah, tidak seperti kesalahan yang di lakukan kaum Yahudi dan Nasrani. Allah berfirman “Mereka menjadikan pendeta-pendeta mereka dan paderi-paderi mereka sebagai Tuhan selain Allah, dan Almasih putra Maryam (sebagai Tuhan) padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Esa, tidak ada Tuhan selain Dia (Allah swt). Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan” (QS At Taubah, 9:31). Keduabelas, ada hubungan interaksi sosial dengan non-muslim khususnya ahli kitab (QS Al Maaidah, 5:5)
Wallahu’alam bish-shawab

Jumat, 25 November 2011

Inilah Penolakan Atas Pembangunan Masjid Nur Musafir di Kupang

Kupang (voa-islam) – Mereka yang mengatasnamakan warga kelurahan Batuplat menyatakan penyesalannya atas kebijakan Walikota Kupang yang telah memberikan persetujuannya perihal pembangunan Masjid Nur Musafir di Kecamatan Alak, Kota Kupang.

Simon Dimu Djami, seorang tokoh Kristen di Kelurahan Batuplat menilai walikota Kupang tidak merespon aspirasinya untuk menolak pembangunan rumah ibadah (masjid) di tempat mereka berdomisili.

Tokoh Kristen itu menuding, proses pembangunan Masjid Nur Musafir di wilayahnya tidak prosedural. Ia beralasan, FKUB belum pernah mengadakan verifikasi data pendukung sehubungan dengan pembangunan masjid. FKUB juga dianggap belum pernah mengadakan dialog bersama masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan pihak terkait (sesuai dengan SKB Menteri No 8 dan 9 Tahun 2006) di sekitar wilayah pembangunan masjid. Lebih dari itu, Simon menuduh kelengkapan administrasi sebagai bagan pendukung pembangunan masjid penuh dengan rekayasa. Bersamaan dengan itu, ia melampirkan surat penolakan warga Batuplat, Surat Rekomendasi Ketua DPRD, dan Surat Rekomendasi Walikota Kupang.

“Kami atas nama warga Kelurahan Batuplat menolak pembangunan masjid karena tidak prosedural,” ujar Simon, tokoh Kristen Batuplat mengada-ada.

Penolakan terhadap pembangunan Masjid Nur Musafir juga dilakukan oleh Karang Taruna Paska Kelurahan Batuplat. Dalam surat pernyataannya, Karang Taruna menyatakan ketidaksetujuannya. Kelompok pemuda Kristen ini memberi persyaratan khusus, agar ketika dalam menjalankan ibadah di masjid tidak menggunakan alat pengeras suara.

Karang Taruna juga meminta agar masjid yang dibangun tidak berkembang menjadi pesantren dan sarana lainnya. Diharapkan, pemerintah Kota Kupang memperhatikan pembangunan tempat ibadah bagi umat Kristen di kelurahan Batuplat.

Dengan arogan dan dengan nada mengancam, Karang Taruna memberi warning (peringatan) kepada Panitia Pembangunan Masjid. Ancamannya, jika dikemudian hari terjadi gesekan, konflik atau apapun yang berbau SARA, akibat dari pembangunan masjid ini, maka Karang Taruna tidak bertanggungjawab akan hal tersebut, tapi itu adalah tanggungjawab oknum/pribadi atau kelompok yang melakukan hal tersebut.

Dalam berkas surat penolakan pembangunan masjid, disebutkan masyarakat Kristen di kelurahan Batuplat menemukan adanya keganjalan data administrasi persetujuan dari masyarakat di sekitar tempat pembangunan masjid, diantaranya: tidak adanya dukungan langsung masyarakat sekitar lokasi pembangunan, belum pernah melakukan rembuk warga terkait pembangunan masjid, pemerintah Kupang tidak dapat menunjukkan bukti berupa KTP 90 orang pengguna rumah ibadat dan 60 orang warga yang bermukim di sekitar lokasi pembangunan masjid.

Pada tanggal 17 Juni 2011 pukul 10.00 wita bertempat di ruang kerja Walikota Kupang, telah terjadi pertemuan antara tokoh pemuda, lurah Batuplat dan Camat Alak. Menurut tokoh Kristen Batuplat, dalam pertemuan itu tidak menemukan titik temu. Berkali-kali, mereka menyatakan ketidaknyamanannya dengan keberadaan masjid dengan alas an proporsi umat Islam di kelurahan ini tidak mendapai quota yang ada utnuk pembangunan masjid dan tidak ada persetujuan warga di sekitar lokasi pembangunan.

“Kami atas nama masyarakat yang berdomisili di sekitar lokasi pembangunan Masjid Nur Musafir menolak dengan tegas pembangunan masjid tersebut, dikarenakan tidak sesuai dengan perundang-udangan yang berlaku. Maka dengarlah aspirasi kami, sebelum terjadi gesekan-gesekan yang tidak diinginkan di Kupang,” kata tokoh Kristen itu mengancam.

Kejanggalan Surat Penolakan

Menanggapi tuduhan tokoh Kristen dan Karang Taruna yang menilai pembangunan masjid tidak memenuhi prosedural, Ketua Panitia Pembangunan Masjid Nur Musafir Muhammad Amir Pattyradja kepada voa-Islam di kediamannya membantahnya. “Tuduhan, kami tidak didukung warga setempat dan tidak melengkapi administratif itu, jelas tidak benar. Kami sudah melengkapi persyaratannya.”

Harus diketahui, Walikota Kupang Drs. Daniel Adoe telah menghadiri pelatakan batu pertama di lokasi pembangunan Masjid Nur Musafir, Jl. Badak Rt. 017/Rw 007 Kelurahan Batuplat-Kecamatan Alak-Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Turut hadir para ulama, anggota DPRD, Kapolresta Kupang dan Kodim setempat.

Lebih jauh, Amir justru menemukan banyak kejanggalan terkait surat pernyataan penolakan warga (Kristen) yang jelas direkasaya, yakni tidak menyertai KTP. Besar kemungkinan surat pernyataan penolakan (dalam bentuk tandatangan) itu palsu. Jadi siapa yang sebenarnya berdusta?

Ahad kemarin (20 November 2011), sempat beredar isu akan ada pengerahan massa di lokasi pembangunan masjid. Namun, umat Islam di Batuplat tidak gentar. Mereka tetap akan membangun masjid, apapun yang terjadi. Penolak warga Kristen itu kabarnya menganggap bahwa masjid itu dibangun oleh orang Jawa (pendatang). Agar tidak salah paham, pihak panitia pembangunan masjid akan menggunakan tukangnya dari Kampung Solor yang asli NTT.

Kabar terakhir dari Kupang, Ahad lalu, pembangunan masjid berjalan lancar. “Sampai saat ini belum ada gangguan di lapangan, hanya ada dari kelompok mereka yang sempat monitoring dari luar lokasi pada malam dan siang hari. Kami masih menunggu perkembangan hari-hari kedepannya, karena mereka baru mengadakan penyebaran informasi dan pertemuan kelompok kecil,” kata Muhamad Kapitan Bella, sekretaris Panitia Pembangunan Masjid Nur Musafir.

Desastian

Bermuhasabah, Sebelum Hari Penghisaban




oleh: Ali Akbar Bin Agil

ALKISAH, suatu hari Atha As-Salami, seorang Tabi`in bermaksud menjual kain yang telah ditenunnya. Setelah diamati dan diteliti secara seksama oleh sang penjual kain, sang penjual kain mengatakan, “Ya, Atha sesungguhnya kain yang kau tenun ini cukup bagus, tetapi sayang ada cacatnya sehingga saya tidak dapat membelinya.”

Begitu mendengar bahwa kain yang telah ditenunnya ada cacat, Atha termenung lalu menangis. Melihat Atha menangis, sang penjual kain berkata, “Atha sahabatku, aku mengatakan dengan sebenarnya bahwa memang kainmu ada cacatnya sehingga aku tidak dapat membelinya, kalaulah karena sebab itu engkau menangis, maka biarkanlah aku tetap membeli kainmu dan membayarnya dengan harga yang pas.”

Tawaran itu dijawabnya, “Wahai sahabatku, engkau menyangka aku menangis disebabkan karena kainku ada cacatnya, ketahuilah sesungguhnya yang menyebabkan aku menangis bukan karena kain itu. Aku menangis disebabkan karena aku menyangka bahwa kain yang telah kubuat selama berbulan-bulan ini tidak ada cacatnya, tetapi di mata engkau sebagai ahlinya ternyata ada cacatnya.

“Begitulah aku menangis kepada Allah dikarenakan aku menyangka bahwa ibadah yang telah aku lakukan selama bertahun-tahun ini tidak ada cacatnya, tetapi mungkin di mata Allah sebagai ahli-Nya ada cacatnya, itulah yang menyebabkan aku menangis.”

Pelajaran penting dari kisah di atas adalah usaha seorang Atha` yang jeli melakukan introspeksi diri, menyadari kelemahan, dan kekurangannya. Seiring akan datangnya Tahun Baru Islam 1433 H, kita pun perlu melakukan evaluasi: sudah sejauh mana amal, ilmu, dan akhlak kita selama ini. Perasaan puas dengan apa yang telah kita kerjakan harus kita kubur dalam-dalam, sebab masih masih banyak ‘PR’ yang perlu dituntaskan.

Perputaran roda waktu meniscayakan bagi setiap manusia, lebih-lebih seorang mukmin untuk melakukan Muhasabah. Muhasabah bisa berarti melakukan introspeksi diri, evaluasi, atau koreksi atas kinerja selama ini.

Muhasabah merupakan solusi tepat untuk menyadari dan merenungi segala kebajikan maupun kebijakan bahkan kefasikan yang mungkin menyelimuti semasa hidup di tahun sebelumnya sehingga kita dapat mengukur sejauh mana keberhasilan dan kegagalan yang kita tunai.

Dalam al-Quran Allah telah memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk bertakwa yang dirangkai dengan persiapan menyongsong hari akhir: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al-Hasyr: 18)

Secara jelas, ayat ini menyuruh setiap mukmin untuk memperhatikan nasibnya di akhirat kelak. Bekal apa yang telah kita siapkan agar selamat di alam yang baru itu?

Imam Turmudzi meriwayatkan hadits yang berbunyi: “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah swt.” (HR. Imam Turmudzi)

Hadits di atas menggambarkan urgensi muhasabah (evaluasi diri) dalam menjalani kehidupan di dunia ini karena hidup di dunia merupakan rangkaian dari sebuah misi besar seorang hamba, yaitu menggapai keridhaan Tuhan-nya.

Imam Turmudzi meriwayatkan ucapan Sayidina Umar bin Khaththab yaitu: “Hisablah (evaluasilah) diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk hari `aradh akbar (yaumul hisab). Hisab itu hanya akan menjadi ringan pada hari kiamat bagi orang yang menghisab (evaluasi) dirinya di dunia.”

Sahabat Umar memahami benar urgensi dari muhasabah ini. Pada kalimat terakhir dari ungkapan di atas, beliau mengatakan bahwa orang yang biasa mengevaluasi dirinya akan meringankan hisabnya di hari akhir kelak. Beliau paham betul bahwa setiap insan akan dihisab, maka iapun memerintahkan agar kita menghisab diri kita sebelum mendapatkan hisab dari Allah swt.

Oleh karena itu, ketika kita menyinggung muhasabah, maka di dalamnya ada tiga bentuk atau tiga fase muhasabah.

Pertama, muhasabah sebelum berbuat. Muhasabah pada keadaan pertama ini penting untuk dilakukan guna mengetahui apakah perbuatan yang hendak kita lakukan bermanfaat, baik untuk diri kita sendiri maupun diri orang lain. Berpikir jernih dan cerdas sebelum berbuat merupakan langkah seorang besar yang memiliki visi yang jauh ke depan. Ia bisa menimbang baik-buruk, positif-negatifnya suatu pekerjaan yang hendak ia lakoni.

Kedua, muhasabah saat melaksanakan sesuatu. Fase kedua yang perlu didaki oleh kita setelah bermuhasabah sebelum berbuat adalah melakukan introspeksi ulang di tengah perbuatan yang sedang kita jalani. Tujuannya tidak lain adalah mengontrol dan mengendalikan diri agar tidak menyimpang. Layaknya kita sebagai manusia, mungkin kita baik di awal, namun tak menjamin kita tetap berada di jalan yang semestinya manakala kita tengah dalam proses mengerjakan sesuatu. Hal ini dapat mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan pada saat melaksanakan sesuatu atau menghentikannya sama sekali.

Ketiga, muhasabah setelah melakukan suatu perbuatan. Pada fase ini, muhasabah berfungsi sebagai alat penemu kesalahan, kekurangan, dan kekhilafan yang terselip di dalam melakukan sesuatu. Tujuannya jelas, kesalahan yang terjadi tidak boleh terjadi pada masa mendatang.

Ketika kita selalu memperhatikan modal, memperhitungkan keuntungan dan kerugian, bertobat dikala melakukan kesalahan dan bersungguh-sungguh dalam melakukan kebaikan, Insya Allah kita termasuk orang yang menghisab diri sebelum hari penghisaban, yaitu hari kiamat.*


Red: Cholis Akbar

Orang-orang Ikhlas di Belantara Hutan Sungai Kapuas






Allahu Akbar, Allahu Akbar Azan subuh terdengar merdu. Sejurus kemudian, satu persatu santri bergegas bangun. Mereka mengambil air wudhu di dua drum kecil yang terletak di samping asrama. Di sini tak ada kran air. Setelah itu, mereka beranjak ke mushola di lantai dua di sebuah gedung yang tak berdinding. Angin pun berhembus dari balik pepohonan yang menusuk kulit. Tapi, santri tak menghiraukannya. Dengan agak terkantuk-kantuk, santri yang berusia sekitar 5 hingga 15 tahun ini shalat qabliyah shubuh.

Muhammad Syukur, sang imam duduk di shaf belakang mengawasi santri. Matanya begitu awas mengecek satu persatu santrinya. Ia tampak sangat khawatir bila ada satu saja santrinya yang ghaib. Baginya, itu pelanggaran berat. “Sudah bangun semua, Mush?” tanyanya. “Sudah, ustadz,” jawab Musta’in salah seorang pengasuh. Setelah komplit, Syukur memberi komando: “Aqimish shalah.” Seorang santri lalu berdiri dan iqamat. Shalat subuh berlangsung khusuk.

Usai shalat, Jalil, santri SMP maju ke depan. Kali ini ia giliran membacakan hadist. Karena tak ada listrik, Jalil menggunakan senter kecil. Biasanya, setiap subuh, genset untuk mengaliri listrik hidup, tapi malam tadi tidak. “Habis bensinnya, jadi gelap-gelapan,” tutur seorang santri. Jalil, santri asal Sanggau, Kalimantan Barat ini menyorotkan lampu senternya ke sebuah buku kecil kumpulan hadist. Ia membacakan keutamaan tholabul ilmi.

“Barangsiapa yang berjalan untuk menuntut ilmu, maka Allah SWT akan memudahkan baginya jalan menuju surga,” demikian hadist yang dibacakan Jalil. Tampak santri mendengarkan penuh khusuk. Setelah itu, Jalil memimpin zikir al-matsurat dan diteruskan dengan tilawah hingga matahari terbit.

Mereka adalah penghuni Pesantren Hidayatullah Sanggau, Kalimantan Barat. Letaknya sekitar 12 KM atau 30 menit dari pusat Kota Sanggau. Dari Pontianak, bisa mencapai sekitar 6 jam. Cukup jauh memang. Apalagi, ditambah jalan yang sebagian rusak. Pesantren ini terletak di desa Penyeladi, Kecamatan Kapuas.

Boleh dibilang, daerah ini masih terisolir. Selain dilalui Sungai Kapuas, pesantren ini dikelilingi hutan lebat. Di kanan-kiri pesantren, hanya pepohonan dan semak belukar. Bila malam tiba, suara jangkrik dan hewan hutan terdengar bak simfoni merdu. Ditambah lagi hembusan angin yang menusuk kulit. Parahnya lagi, belum ada listrik. Jadi, setiap malam, pesantren mengandalkan genset. Tak ada bensin berarti gelap-gelapan.

Adalah seorang Syukur, lelaki kelahiran Sulawesi Selatan 1974 yang berani melakukan ide “gila” itu. Ia merintisnya sekitar tahun 2009. “Ketika itu saya hanya mendapat tugas membuka Pesantren di Sanggau, Kalbar. Karena ini amanah, ya saya harus jalankan,” terangnya.

Dari Pontianak, Syukur ketika itu hanya bermodal Rp 200 ribu. Uang sebesar itu ludes hanya untuk mengontrak dan biaya hidup beberapa bulan. Selebihnya, ia pun harus berjuang sendiri. “Saya pernah setiap hari hanya makan tempe saja,” kenangnya.

Alhamdulillah, setelah beberapa kali menyosialisasikan niatanya membuat pesantren, masyarakat pun mendukungnya. Bantuan deras mengalir. Akhirnya, Syukur mendapat lahan kosong di pedalaman Kecamatan Kapuas sekitar 3 hektar lebih. “Benar-benar hutan belantara ketika itu,” ujarnya.

Lahan itu masih berupa hutan dan semak belukar. Tak ada apa-apa. Jangankan rumah, gubuk reot pun tak ada. Apalagi makanan, harus mencari sendiri. Tapi, rintangan itu tidak menyiutkan nyali Syukur untuk berjuang. Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang. Itulah filosofi perjuangan Syukur.

Dengan dibantu beberapa santrinya, Ramhat, Mustha’in, dan Yusuf, Syukur mulai membuka hutan. Pertama yang mereka buat adalah gubuk. Ia membuat gubuk dengan dinding daun rumbia dan atap seng. Jika musim hujan, air pun masuk ke dalam dari balik bilik daun rumbia. Setiap hari, Syukur dan santrinya membabat hutan. Ditebanginya pohon dan ditebasnya semak belukar. “Tangan ini sudah kapalan,” ujarnya.

Bila malam tiba, suasana gelap. Gubuk hanya diterangi lampu teplok. Terkadang mati bila tertiup angin kencang. Tapi, mereka tampaknya tak takut gelap, apalagi hantu. “Hantu malah yang takut kita,” selorohnya sedikit bergurau. Hanya ada babi yang setiap malam datang dan menghabisi singkong yang ditanam.

Usai terang, lahan itu dicangkulinya hingga rata. Padahal, kondisinya berbukit-bukit, seperti gundukan kecil. Hanya bermodal cangkul saja, gundukan itu diratakannya. “Setiap kali nyangkul, saya hanya berdoa agar ini menjadi amal shaleh,” harapnya. Setelah rata, barulan dibangun rumah seadanya.

Alhamdulillah, kini telah berdiri tiga bangunan sederhana. Satu untuk santri putri dan satunya lagi yang berlantai dua -dalam proses pembangunan- khusus untuk santri putra. Jumlah santrinya ada tiga puluh orang. Mereka ada yang sekolah SD, SMP, dan SMA. Seluruh biayanya ditanggung pesantren: mulai makan, asrama hingga sekolah. “Santri tinggal belajar saja,” kata Syukur.

Para santrinya kebanyakan berasal dari Kalimantan Barat. Rata-rata dari keluarga tidak mampu dan yatim piatu. Ada juga sebagian yang broken home. Bahkan, hingga kini ada santri yang tak tahu di mana rimba ayahnya.

Tidak hanya itu, beberapa santrinya ada yang mualaf. Orangtuanya yang asli Suku Dayak justru menyuruh anaknya ke pesantren. Kini, mereka menjadi muslim dan belajar Islam. Meski demikian, semangat belajar mereka tinggi. Lihat saja, mereka punya cita-cita yang tinggi. “Setamat Aliyah, saya ingin ke Surabaya, kuliah di sana. Saya mau jadi kiai,” kata Adi, siswa kelas 3 Aliyah di Sanggau.

Padahal, jarak sekolah mereka jauh, lebih dari 3 KM. Jika ada motor, pengasuh akan mengantar mereka satu persatu. Tapi, bila tidak sempat, mereka harus berjalan kaki berkilo-kilo meter jauhnya. Padahal, ada yang SD, masih kecil. “Saya pernah jalan kaki dari Pesantren hingga ke sekolah di Sanggau. Entah berapa jam lamanya,” kata Mustha’in yang kini jadi pengasuh.

Setiap hari, selain membina santri, Musthai’n bertugas mengantar santri-santrinya. Selain itu, ia dibantu Rahmat, ustadz asal Purwokerto, Jawa Tengah, bertugas menjual majalah dan menghimpun bantuan dari kota.

“Inilah yang bisa kami perbuat untuk Islam. Kita tak mengharapakn apa-apa, hanya ridha Allah SWT,” terang Syukur.

Syukur berharap, apa yang diperjuangkannya itu, kelak menuai hasil. Paling tidak, dari pesantren itu, akan lahir generasi Islam yang handal. Ia sendiri tak berharap banyak di dunia ini. “Kelak, di akhirat, pesantren inilah yang akan saya hadiahkan kepada Allah. ‘Allah, inilah karya saya,’” ujarnya.*

Rep: Syaiful Anshor
Red: Cholis Akbar

Amal Sholeh, Cara Cerdas Raih Khusnul Khotimah




SIAPA yang tidak ingin hidup bahagia di dunia dan selamat di akhirat? Semua orang pasti mendambakannya. Tak hanya orang beriman saja, bahkan orang tak beragama dan para penjahat-pun, kadang juga memilih mati dalam keadaan baik.

Lihatlah kaos-kaos menyesatkan yang sering digunakan anak-anak muda bertuliskan, “Muda Foya-foya, Tua Kaya-rya, Mati Masuk Surga”. Meski hanya sebatas kaos, sesungguhnya pesan ini telah banyak mempengaruhi jiwa dan pikiran banyak orang, terutama anak-anak muda kita.

Karena itulah, Dr Nurcholis Madjid dalam sebuah forum pernah menanggapi slogan yang sering dijadikan kaos anak-anak muda itu dengan mengatakan, “tak ada yang gratis dalam hidup. Apalagi mau masuk surga.”

Perilaku seperti itu menandakan masih banyak di antara kita yang belum memahami dengan benar arti waktu dan arti hidup yang sebentar ini.

Orang bisa bahagia luar biasa karena kesigapannya mengatur waktu, dan orang bisa menyesal luar biasa karena kelalaiannya terhadap waktu. Jadi, benarlah ungkapan pepatah Arab, bahwa “waktu adalah pedang”.

"L'uomo misura il tempo e il tempo misura l'oumo". Manusia mengukur waktu dan waktu mengukur manusia, “ ujar sebuah pepatah Italia.

Sayangnya tidak setiap Muslim benar-benar mempersiapkan diri dan paham arti hidup.

Sebagian masih sebatas mengetahui kemudian lalai terhadapNya. Sebagian lain tidak lalai namun terkesan apa adanya. Padahal aksioma yang tak terbantahkan suatu saat, entah kapan, kita pasti akan menemui kematian.

Bagi orang yang beriman masih beruntung karena dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah. Tetapi bagi mereka yang kafir dan munafiq, sungguh akhirat adalah tempat yang tak pernah mereka harapkan. Sebab di akhirat mereka tak henti-henti minta ampun dan menyesal sejadi-jadinya karena gagal mengisi waktu di dunia dengan menunaikan amal-amal sholeh.

وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِي
وَلَن يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْساً إِذَا جَاء أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?"

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” (QS. 63: 10 – 11).

Tanda Surga

Untuk mengetahui apakah nanti kita akan masuk surga atau tidak, tentu tidak ada jawaban pastinya. Namun Rasulullah saw memberikan pedoman bagi umat Islam bagaimana cerdas mengelola waktu, sehingga bisa mengenali tanda-tanda seorang Muslim mendapatkan surga.

Satu tanda bahwa seorang Muslim akan masuk surga ialah meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Artinya seorang Muslim meninggal dalam keadaan baik (ibadah kepada Allah).

Bisa dalam keadaan mendirikan sholat, dzikir, menghadiri majlis ilmu, atau dalam kegiatan atau perjalanan yang diridhai Allah dan rasul-Nya.

Sebaliknya ialah su’ul khotimah. Keadaan di mana seorang Muslim meninggal dalam keadaan tidak baik. Seperti; meninggal saat berjudi, berzina, mencuri, kikir, korupsi, atau sedang menjerumuskan diri dalam berbagai bentuk kemaksiatan dan kedholiman.

Dalam sejarahnya, tak satu pun manusia yang bisa mengetahui apakah dirinya bisa mati dalam keadaan khusnul khotimah atau su’ul khotimah. Hal ini tiada lain agar kita, sebagai seorang Muslim, benar-benar waspada dalam pemanfaatan waktu. Jangan sampai terlena oleh gemerlap dunia, sehingga lupa akan akhirat dan kemudian mati dalam keadaan su’ul khotimah.

Prioritaskan Amal Sholeh

Dalam sebuah hadis rasulullah saw bersabda, “Orang yang cerdas ialah orang yang menahan hawa nafsunya dan berbuat (amal sholeh) untuk (bekal) kehidupan setelah mati.” (HR. Turmudzi).

Mengapa kriteria orang cerdas dalam Islam seperti itu? Sebab setiap manusia akan menemui kematian. Orang yang paling siap menghadapi kematian dengan memperbanyak amal sholeh jelas orang yang akan bahagia. Dan, siapa orang yang mempersiapkan dirinya untuk meraih kebahagiaan tentu ia adalah orang yang paling beruntung.

Oleh karena itu, al-Qur’an dalam sebuah ayat memberikan satu kriteria lengkap dan jelas bahwa yang dimaksud orang yang berakal (berilmu, cerdas) adalah ulul albab. Yaitu orang yang senantiasa mengisi waktunya dengan dzikir dan fikir agar mendapat keridoan-Nya. (QS. 3: 190 – 191).

Itulah orang yang memiliki keimanan yang kokoh, melakukan perbuatan-perbuatan besar, cerdas (berilmu), dan termasuk orang-orang yang diridhoi oleh Allah untuk meraih kebahagiaan dengan anugerah besar berupa akhlak yang mulia.

وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُوْلِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ
إِنَّا أَخْلَصْنَاهُم بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِ
وَإِنَّهُمْ عِندَنَا لَمِنَ الْمُصْطَفَيْنَ الْأَخْيَارِ

"Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik." (QS. As Saad: 45-47).

Dengan demikian jelaslah bagi kita untuk mengerti dengan sebenarnya, apakah kita termasuk orang yang cerdas atau tidak. Jika kita ingin cerdas, maka hendaklah kita mencontoh perilaku para kekasih Allah (Nabi dan Rasul). Yaitu senantiasa menghiasi diri dengan akhlak yang mulia, beramal sholeh, dan berorientasi terhadap kehidupan akhirat. Itulah perkara besar yang harus diutamakan, bukan yang lain.

Langkah tersebut akan memberikan dampak positif luar biasa, baik ketika di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, yang tidak cerdas akan mengalami penyesalan luar biasa.

حَتَّى إِذَا جَاء أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ
لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحاً فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) . Maksudnya: orang-orang kafir di waktu menghadapi sakratil maut, minta supaya diperpanjang umur mereka, agar mereka dapat beriman.

Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan." (QS. Al-Mu’minun: 99 – 100).

Waspadai Akhir yang Buruk

Bagaimana agar kita bisa meninggal dalam keadaan khusnul khotimah? Tentu tidak ada jalan lain selain waspada dan konsisten mengisi sisa umur yang kita miliki untuk kebaikan-kebaikan dunia maupun akhirat.

Dengan kata lain kita tidak boleh terlampau santai menyikapi waktu yang kita miliki apalagi merasa umur masih cukup panjang, sehingga suka meremehkan perbuatan dosa dan bangga berbuat maksiat.

Anas ra, pernah bertutur, "Sesungguhnya, kalian melakukan perbuatan-perbuatan yang menurut kalian lebih kecil dari rambut. Padahal kami pada zaman rasulullah saw, sudah menganggapnya sebagai dosa yang membinasakan (dosa besar)." (HR. Bukhari).

Apabila hal itu terjadi maka sirnalah fungsi hati seorang Muslim. Ibn Atha’illah dalam sebuah nasehatnya menyatakan bahwa, di antara tanda matinya hati adalah tidak bersedih atas ketaatan yang terlewat dan tidak menyesal atas dosa yang diperbuat.

Oleh karena itu sebagai upaya waspada kita terhadap akhir yang buruk (su’ul khotimah) hendaknya setiap hari kita melakukan evaluasi terhadap keyakinan kita. Apakah keyakinan yang ada di dalam hati ini telah bersih dari titik-titik keraguan. Jika masih ada keraguan segeralah membersihkannya.

Selanjutnya ialah memeriksa tabiat diri. Apakah kita sudah terbebas dari panjang angan-angan dan gemar menyegerakan kebaikan? Sebab satu faktor utama manusia enggan beramal sholeh dikarenakan panjangnya angan-angan. Akibatnya sebagian besar malah suka menunda-nunda untuk taubat dan akhirnya meninggal dalam keadaan yang sangat buruk.

Jadi, mulai sekarang marilah biasakan diri untuk memperkuat iman, meneguhkan hati untuk konsisten beramal sholeh, dan waspada untuk tidak berbuat dosa. Sebab kita tidak pernah tahu kapan ajal menemui kita.

Dengan cara itulah, insya Allah kita akan tergolong manusia yang cerdas menurut nabi dan insya Allah akan meninggal dalam keadaan khusnul khotimah dan mendapat keridoan-Nya, amin. Wallahu a’lam.*/Imam Nawawi

Keterangan: Sebuah peristiwa yang pernah terjadi di Saudi, seseorang meninggal saat beribadah dan sujud di waktu shalat


Red: Cholis Akbar

Sabtu, 12 November 2011

REVOLUSI KAUM MUSLIM INDONESIAKU (RKMI)


Organisasi RKMI (gerakan REVOLUSI KAUM MUSLIM untuk INDONESIAKU)
Didirikan pada tgl. 11 November 2011 di Bogor.
Oleh : Anton Aribowo (Abdul Wahab).

"TUMBANGKAN SISTEM KUFUR KAPITALISME, TEGAKKAN SYARIAT ISLAM DI INDONESIAKU!"

Berjuang dengan segenap harta, jiwa dan raga untuk menggeser dan menumbangkan sistem Kapitalisme di Negeri Indonesiaku tercinta ini dan menggantikannya dengan sistem negara yang berlandaskan sistem Islam.

BAGI KAMI, TAK SUDI NEGARA YANG MEMILIKI UMMAT MUSLIM TERBESAR DIMUKA BUMI, AKAN TETAPI DIKENDALIKAN DENGAN SISTEM PEMERINTAHAN YANG KUFUR!!!

Allah Swt. telah mewajibkan kaum Muslim untuk menyerukan dan menerapkan syariat Islam secara total. Sebab, Islam adalah sistem kehidupan yang berasal dari Allah Swt, diturunkan untuk seluruh manusia. Tanpa mengenal batas wilayah apalagi kondisi zaman. Hanya dengan Islam, manusia mendapatkan ridhai-Nya. Lihat (QS al-Maidah [5]: 3 dan 48)


Pendaftaran Anggota:
Perum Taman Pagelaran Blok C15/25 Ciomas Bogor 16610.
Hp: 082112 87 5335

Jumat, 21 Oktober 2011

GRATIS WISATA KE LOMBOK


Ikuti quis berhadiah wisata gratis ke Pulau Lombok dan Gili Gili dengan KLIK DISINI.

Jumat, 26 Agustus 2011

Menjadi Manusia Sholeh




Semoga bertambah iman dan kesholehan sebagai manusia dengan bukti nyata ini...
Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur. (QS. Faathir : 12)

Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi. (QS. Al Furqaan : 53)

Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. (QS. An-Naml : 61)

Kisah Sang Profesor Penemu Sungai di Bawah Laut.

TV Discovery Channel:Mr.Jacques Yves Costeau , ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat filem dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.
Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang asin dan pahit di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu membuat Mr. Costeau berpikir keras dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan. Ia mulai bingung, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi:
"Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. ."
Artinya: "Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak bisa ditembus."
Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.
Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air masin dari laut.

Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur ' an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur ' an ini mustahil disusun oleh Nabi Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera (di Mexico). Dan Beliau hidup di daerah padang Pasir. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20.
Mr. Costeau pun berkata bahwa Al Qur ' an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam!
Subhanallah Walhamdulillah.

Sabtu, 12 Maret 2011

Rafa... Kisah Tragis Bayi Gizi Buruk

Kurang Energi, Tak mampu Cerma Makanan
Dalam dua bulan terakhir, setidaknya tiga balita gizi buruk meninggal dunia. Yang terakhir, Rafa Azzura, yang meninggal Senin malam lalu. Di RSD dr Mohammad Soewandi saja, sejak Januari lalu merawat 47 bayi gizi buruk. Diperkirakan, tahun ini meningkat.


TENDA panjang sekitar lima meter memayungi gang kecil di Jalan Gading Karya, kawasan Kedung Cowek, Kenjeran. Di rumah tepat tenda itu berdiri, beberapa tamu duduk di ruang depan berukuran sekitar 3 x 2 meter. Nyonya rumah, Wempy, dengan raut wajah duka menerima mereka.

“Saya tidak mengira Rafa meninggal. Sebab, kondisinya tampak semakin baik,” kata ibu dua anak kembar itu. Rafa, bayi laki-laki sepuluh bulan tersebut memang lahir kembar. Saudaranya, Raka Attilia, juga menderita gizi buruk.

Ibu 21 tahun itu kemudian bercerita detik-detik akhir hidup Rafa. Pukul 18.00 Senin itu, dia memberikan nutrisi tambahan. Cairan tersebut pemberian RSD dr Mohammad Soewandhie. Tapi, baru menyuapi satu sendok, napas Rafa tersengal-sengal. Makin lama intensitas napasnya makin jarang.

Wempy pun segera memanggil tenaga medis. Alat bantu pernapasan sempat dipasangkan pada bayi itu. Namun, bayi kelahiran 28 Mei 2007 itu tak tertolong. Sekitar pukul 18.30, Rafa mengembuskan napas terakhir. Wempy terkejut. Sebab, dia melihat gerak tubuh Rafa mulai lincah. “Sejak awal ke rumah sakit, Rafa sudah mendapat nutrisi tambahan rutin selain diinfus. Tubuh Rafa mulai tampak gemuk,” katanya.

Sabtu, 05 Februari 2011

Sholeh

Menjadi Sholeh.

Fir’aun??? Setiap zaman mengenang nama ini. Bukan nama yang indah tetapi sangat popular. Al-Qur’an menyebutnya sebanyak 74 kali. Semua lekat dengan kebengisan, kekejaman, tirani, kecongkakan dan sederet label jahat lainnya. Gambaran kekerdilan di balik nama besar fir’aun baru telah menjadi sebuah nama manis untuk didengar. 

Walaupun seluruh jagad mencela, menghina, bahkan melaknat nama ini, akan tetapi fir’aun-fir’aun baru tetap muncul kehadapan. Dengan berbagai tameng, fir’aun baru berpangkat tinggi tetap saja hadir dengan tipu daya yang lebih dahsyat. Prakteknya tidak lagi dengan menggunakan pedang, cambuk, dan alat-alat yang menyiksa lainnya. Tapi menggunakan tipu daya ekonomi dengan memiskinkan rakyat. 

Banyak hak rakyat di rebut dan di curi. Hukum menjadi jaminan bagi para fir’aun untuk menutupi diri. Sehingga rakyat tetap saja di buat percaya dan bergantung pada pribadi seperti itu. Apakah pribadi fir’aun ini yang disebut cerdas?

Apakah cerdas itu?
Apakah cerdas adalah orang yang hidupnya bergelimpang harta, kemana-mana dengan membawa puncak dunia berupa rumah megah dan mobil mewah, yang malah membuat ia terhina. Pikirkanlah? Saat ini begitu banyak orang kaya, tetapi para tetangga bahkan saudara mereka hidup dalam kesulitan. Orang-orang kaya tersebut malah menutup mata dan telinga seolah tidak pernah melihat dan mendengar jeritan rakyat jelata yang butuh perhatian dan bantuan. 

Apakah hati mereka telah tertutup? Atau karena tidak pernah mendengar teguran Rasulullah saw “Barang siapa tidak menaruh perhatian terhadap masalah kaum muslimin, bukan dari golongan mereka.” (Al Hadits).

Apakah cerdas itu?
Apakah cerdas adalah yang terkenal, namanya familiar ditengah masyarakat, orang yang sering berbicara, baik itu di mimbar atau tampil dilayar kaca? Tengoklah? Banyak manusia abad ini yang pintar berkata, beragumen, dan beretorika, mudah menipu lewat keindahan berbicara dan rupa, tetapi tidak segan-segan memakan dan menelan mangsa dengan kata indah dan wajah rupawan itu. 

Tengoklah para elit politik yang rajin dan pintar mengeluarkan kata-kata indah saat berkampanye, tetapi yang sebenarnya adalah bisa untuk membunuh saudaranya. Apakah ini yang disebut cerdas?

Lalu apakah cerdas itu?
Dalam sebuah riwayat dari Syadad bin Aus ra. Dari Rasulullah saw, beliau bersabda “Orang yang berakal adalah orang yang menghisab dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian. Orang yang kurang perhitungan adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan bahwa Allah selalu mengampuni dan memaafkannya”.

Dalam riwayat lain dikatakan, “Orang yang cerdas ialah orang yang mengendalikan dirinya dan bekerja untuk kehidupan setelah kematian”. (HR. Tirmidzi)

Hadits diatas mengingatkan manusia tentang kepintaran dan kecerdasan hakiki yang bermanfaat bagi manusia di dunia dan di akhirat. Orang pintar dan cerdas adalah orang yang bersiap-siap mengumpulkan bekal untuk suatu masa setelah kematian. Orang itulah yang Rasulullah saw sebut dengan al-kais. Al-Kais adalah orang yang berfikir jauh kedepan untuk masa depan kehidupannya, bahkan untuk kehidupan yang kekal dan abadi. Orang pintar seperti yang disebut Rasulullah saw tidak terpancing untuk melakukan pekerjaan atau perbuatan yang hanya memberikan dampak pendek, apalagi yang tidak berdampak apa-apa atau merugikan.

Jadilah orang yang cerdas, wahai saudaraku…….
Orang yang cerdas itu adalah orang yang menjadikan Allah sebagai pengawas terhadap ilmu. Kita memuji Allah swt yang telah memuliakan dan menjadikan kita sebagai penuntut ilmu, kemudian kita memohon kepada Allah swt agar senantiasa membukakan pintu-pintu-Nya bagi kita. Dan pintu paling agung yang dibukakan Allah swt kepada kita adalah Dia menjadikan kita sebagai hamba-Nya.

Banyak manusia menyia-nyiakan Allah dengan perbuatan keji dan dosa karena kecintaan yang sangat pada dunia sehingga Allah akan menyia-nyiakan mereka didunia dan diakhirat. Layaknya Fir’aun yang durjana yang menyia-nyiakan Allah, sehingga Allah melenyapkannya didasar lautan. 

Allah swt berfirman, “Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi. Sesungguhnya orang yang mengerjakan dosa, kelak akan diberi pembalasan (pada hari kiamat), disebabkan apa yang mereka telah kerjakan”. (Al-An’am:120). 

Mungkin dosa yang kelihatan, terkadang kita meninggalkannya karena takut kepada pengawasan manusia, namun dosa yang tersembunyi tidak akan ditinggalkan, melainkan karena takut kepada Allah.

Jadilah orang yang cerdas, wahai saudaraku……..
Orang yang cerdas itu adalah orang yang menghidupkan sunnah Rasulullah saw dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak akan dapat kita realisasikan dengan sempurna, kecuali dengan mengkaji sirah (perjalanan hidup) Rasulullah saw dan merenungkan semua peristiwa serta nuansa pendidikan (tarbiyah) yang memperhatikan realita generasi sekarang ini. Dia adalah seorang yang ma’shum (terjamin kesuciannya). 

Allah telah menjadikannya sebagai suri tauladan bagi kita. Dia adalah orang yang jujur, guru yang sejati, dan komandan yang ulung. Allah swt berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hati kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab:21). 

Jadilah orang yang cerdas, wahai saudaraku………..
Orang yang cerdas itu adalah orang yang senantiasa menjaga waktu, supaya jangan sampai terbuang dengan sia-sia. Allah swt berfirman, “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada ilah selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia”. (Al-Mukminun:115-116). 

Dan ingatlah akan sabda Rasulullah berikut, “Kedua kaki seorang hamba itu tidak akan lenyap, sehingga di ditanya tentang empat perkara: Tentang keremajaannya, kemana ia habiskan; tentang hartanya, dari mana dan kemana dia belanjakan; tentang umurnya, untuk apa di habiskan; dan tentang ilmunya apa yang telah dia lakukan dengannya.” (HR. At Tirmidzi)

Fahamilah, wahai saudaraku…….
Kecerdasan seperti inilah yang mengantarkan kita kepada pribadi yang sholeh. Jika ada akibat, pastilah ada sebab, dan jika ada reaksi, pastilah ada aksi. Sholeh adalah akibat dari pribadi yang cerdas sebagaimana Cerdas merupakan suatu aksi (perbuatan) yang menimbulkan kesholehan. Pancaran pribadi sholeh adalah keimanan. Karena umat yang hidup tanpa iman, bagaikan binatang melata. Madrasah tanpa iman, bagaikan asrama yang rapuh dan hancur. Hati tanpa iman bagaikan seonggok daging bangkai. 

Seorang guru tanpa iman, bagaikan sekujur tubuh yang lumpuh dan tidak dapat bergerak. Buku tanpa iman, tak lebih daripada sekadar lembaran-lembaran yang berbaris. Dan ceramah tanpa iman, bagaikan perkataan tanpa makna. Maka, mulailah hidup cerdas dan raihlah kesholehan hamba yang beriman, wahai saudaraku...

Wallahu ‘alam bish showab


*) Penulis adalah mantan Ka. SKI-IT BEM FE Trisakti periode 2004/2005

Selasa, 01 Februari 2011

Kuis Bibel Berhadiah Pesawat Boeing 747: Jawaban untuk Pendeta Budi Asali


BUKU “Mustahil Kristen Bisa Menjawab:  Berhadiah Mobil BMW” karya Insan Mokoginta (Wencelclaus) memantik polemik panjang dengan para pendeta dan penginjil. Dalam buku saku 150 halaman tersebut, ­Insan yang muallaf mantan Kristen berdarah China Manado itu mengemukakan sepuluh pertanyaan seputar Alkitab (Bibel), yang masing-masing pertanyaan disayembarakan dengan hadiah uang tunai sepuluh juta dan mobil BMW.

Beberapa pertanyaan yang diajukan muallaf mantan Kristen berdarah China Manado ini antara lain: Mana pengakuan Yesus dalam Alkitab bahwa dia beragama Kristen?; Mana perintah Yesus dalam Alkitab untuk kebaktian di gereja pada hari Minggu?; Mana foto wajah Yesus yang asli dan siapa pemotretnya?; Mana dalil Alkitab bahwa Yesus lahir tanggal 25 Desember?; Siapa yang hafal Alkitab di luar kepala walau satu surat saja?; Mana dalilnya asal percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pasti masuk surga?; dll.

Tak mau kalah, Pendeta Budi Asali M.Div. dari Gereja Kristen Rahmani Indonesia membalasnya dengan buku apologi “Siapa Bilang Kristen Tidak Bisa Menjawab?” berhadiah pesawat Boeing 747.

Dalam buku 270 halaman ini, Budi Asali tidak menjawab secara spesifik terhadap sepuluh tantangan yang disayembarakan. Ia hanya berputar-putar, menghindar dan bermain kalimat apologis. Misalnya, ketika menanggapi sayembara berhadiah bagi orang Kristen yang hafal Alkitab di luar kepala, Budi justru berapologi bahwa menghafal Bibel itu tidak harus persis, yang penting jangan sampai melenceng. Bahkan ia mencela orang yang menghafal nas ayat-ayat kitab suci secara benar, sebagai orang yang memboroskan energi dan otak yang tidak perlu. Menurutnya, menghafal kitab suci itu bukan merupakan tindakan yang terpuji.

Dalam salah satu apologinya, Budi Asali menyinggung kontradiksi Islam dan Kristen soal doktrin Trinitas. Menurutnya, umat Islam mengklaim doktrin Trinitas kristiani bertentangan dengan ajaran Islam karena Bibel sudah dipalsukan. Terhadap tudingan pemalsuan ayat Bibel, Pendeta Budi menantang dengan tiga pertanyaan: Siapa yang mengubah Alkitab, kapan perubahan itu dilakukan, dan bagaimana bisa mengubah ayat tanpa diketahui siapapun? Dengan takabburnya, Budi Asali yakin tak ada seorang pun yang mampu menjawab pertanyaan tersebut, sehingga ia berani menjanjikan hadiah pesawat Boeing 747:

“Bagaimana mungkin Alkitab mengajarkan doktrin Allah Tritunggal, sedangkan Al-Qur’an mengajarkan hanya ada satu Allah yang tunggal secara mutlak (tauhid)? Dan kalau mau bicara tentang fakta sejarah, bagaimana mungkin Alkitab mengajarkan bahwa Abraham disuruh mempersembahkan Ishak sedangkan Al-Qur’an mengatakan Abraham mempersembahkan Ismael?

Memang, kalau pertanyaan-pertanyaan ini ditanyakan kepada orang Islam maka jawabannya pasti ‘Alkitab sudah diubah.’ Tetapi, lagi-lagi, siapa yang mengubah, kapan mengubahnya, dan bagaimana bisa mengubah begitu banyak fakta dalam begitu banyak manuskrip, tanpa diketahui siapapun? Ini pertanyaan berhadiah BOEING 747!” (hlm. 130).

Sebelum menjawab tantangan sayembara berhadiah tersebut, perlu ditegaskan bahwa umat Islam meyakini adanya pemalsuan Alkitab (Bibel) berdasarkan firman Allah SWT:

“Mereka (Ahli Kitab) suka mengubah kalimat-kalimat Allah daripada tempat-tempatnya dan mereka itu (sengaja) melupakan perkara-perkara yang telah diperingatkan (dinasihatkan) kepada mereka. Dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan yang timbul dari mereka itu, kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat)” (Qs. Al-Ma’idah 13).

Faktanya, firman Allah dalam Al-Qur’an tersebut bisa dibuktikan secara ilmiah, termasuk dalam kasus pemalsuan ayat Trinitas.

Menanggapi tantangan sayembara pendeta berhadiah pesawat Boeing 747, kami tidak akan berputar-putar menghindar seperti gaya Pendeta Budi Asali. Pertanyaan sayembara ini bisa dijawab dengan semudah membalik tangan, karena para teolog Kristen sendiri mengakui bahwa doktrin Trinitas –Tuhan Esa dalam tiga oknum: Allah Bapa, Yesus dan Roh Kudus– tidak Alkitabiah. Satu-satunya ayat yang dianggap mengajarkan Trinitas adalah ayat sisipan yang tertera dalam 1 Yohanes 5:7: “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.”

Hal ini diakui secara jujur oleh Dr GC van Niftrik dan D.S.B.J Boland, pakar teologi kondang dari Belanda: “Di dalam Alkitab tidak diketemukan suatu istilah yang dapat diterjemahkan dengan kata TRITUNGGAL ataupun ayat-ayat tertentu yang mengandung dogma tersebut, mungkin dalam 1 Yahya 5:6-8. Tetapi sebagian besar dari ayat itu agaknya belum tertera dalam naskah aslinya. Bagian itu setidak-tidaknya harus diberi kurung” (Dogmatika masa kini, hlm. 418).

….Kepalsuan ayat Trinitas itu juga diakui oleh para penerbit Bibel edisi Katolik, sehingga ayat Trinitas tersebut diberi catatan kaki: “Bagian kalimat antara kurung itu pasti tidak asli….

Kepalsuan ayat Trinitas itu juga diakui oleh para penerbit Bibel edisi Katolik, sehingga ayat Trinitas tersebut diberi catatan kaki: “Bagian kalimat antara kurung itu pasti tidak asli” (Kitab Suci Perjanjian Baru tahun 1977/1978, hlm. 551).

INILAH BUKTI KEPALSUAN BIBEL

Sama sekali tidak ada kesulitan untuk menjawab tiga pertanyaan sayembara 747 yang diajukan Pendeta Budi Asali M.Div. Karena pertanyaan siapa, kapan dan bagaimana perubahan ayat Trinitas dalam Bibel, sudah dijawab oleh para teologi Kristen sendiri, antara lain oleh Dr William Barclay.

Barclay adalah teolog terkemuka asal Skotlandia yang sukses menulis 70 judul buku teologia. Alumnus Trinity College Glasgow ini meraih gelar Doktor of Divinity dari Universitas Edinburgh tahun 1956, lalu dikukuhkan menjadi Gurubesar bidang Biblical Criticism tahun 1963 dan meraih penghargaan dari Ratu Elisa beth, “Commander of British Empire” tahun 1969.

Jawaban pertanyaan pertamasiapa yang memalsukan ayat Trinitas?

Setelah melakukan penelitian yang mendalam dan objektif, Barclay menyimpulkan ayat 1 Yohanes 5:7 sebagai ayat palsu. Ayat ini diciptakan oleh Priscillian, seorang bidat asal Spanyol yang mati tahun 385. Mulanya ayat ini dicantumkan dalam komentar atau catatan pada margin Alkitab. Selama 15 abad, ayat ‘margin’ ini diterima karena dianggap memberikan bukti Alkitabiah untuk ajaran Trinitas.

….ayat 1 Yohanes 5:7 ini diciptakan oleh Priscillian, seorang bidat asal Spanyol yang mati tahun 385. Mulanya ayat ini dicantumkan dalam komentar atau catatan pada margin Alkitab….

Jawaban pertanyaan keduakapan ayat Trinitas itu dipalsukan dalam Bibel?

Barclay menjelaskan, tahun 1550 Stephanus mencetak edisi Perjanjian Baru Yunani yang besar yang masyhur dengan sebutan “Edisi 1550” dan edisi “Teks Yang Diterima.” Teks itulah yang merupakan dasar dari Authorized Version dan dari teks Yunani sepanjang abad kemudian. Itulah sebabnya ayat ini masuk ke dalam Authorized Version, dan menyelinap dalam Alkitab di seluruh dunia.

Beberapa edisi yang masih objektif, mencantumkan ayat palsu tersebut dalam Bibel, tapi dengan catatan kaki bahwa ayat tersebut adalah tambahan (insersi). Dalam Bibel edisi New International Version dicantumkan footnote sbb:

“Late manuscripts of the Vulgate testify in heaven: the Father, the Word and the Holy Spirit, and these three are one. And there are three that testify on earth: the (not found in any Greek manuscript before sixteenth century).” (The Holy Bible New International Version, hlm. 1242).

Jawaban pertanyaan ketigabagaimana proses pemalsuan ayat Trinitas itu? Inilah kronologis dan penjelasan Dr William Barclay selengkapnya:

“Ayat ini tidak muncul dalam manuskrip Yunani yang lebih muda dari abad ke-14. Manuskrip-manuskrip yang besar termasuk pada abad-abad ke-3 dan ke-4, dan ayat ini tidak terdapat di dalamnya. Tidak ada satu orang pun dari bapak-bapak Gereja besar yang mengetahui adanya ayat ini. Karena Versi asli Vulgata yang berasal dari Jerome tidak mencakupnya.

Orang pertama yang mengutipnya adalah seorang bidat Spanyol yang bernama Priscillian yang meninggal tahun 385 M. Sesudah itu ayat ini menyelinap masuk ke dalam teks-teks Latin dari Perjanjian Baru, walaupun sebagaimana telah kita lihat, ia tidak dapat masuk ke dalam teks Yunani.

Tetapi bagaimanakah ayat ini dapat masuk ke dalam teks? Pada mulanya ada semacam komentar atau catatan pada margin Alkitab. Karena kelihatannya ia memberikan bukti Alkitabiah yang baik untuk ajaran mengenai Tritunggal, maka setelah melewati masa yang lama ayat ini diterima oleh para teolog sebagai bagian dari teks, khususnya pada hari-hari permulaan kesarjanaan sebelum manuskrip-manuskrip yang besar ditemukan.

Tetapi bagaimana teks ini masuk ke dalam Authorized Version? Perjanjian Baru yang pertama dari bahasa Yunani yang diterbitkan berasal dari Erasmus dalam tahun 1516. Erasmus adalah seorang sarjana besar dan mengetahui bahwa teks ini tidak terdapat dalam teks asli. Maka ia tidak memasukkannya dalam edisinya yang pertama. Tetapi pada saat yang sama ini juga para teolog telah mempergunakannya. Misalnya, dalam Vulgata 1514, ayat ini telah dicetak. Karena itu Erasmus dikritik karena menghilangkannya. Jawaban Erasmus waktu itu adalah, bahwa apabila ada seseorang dapat memperlihatkan kepadanya manuskrip Yunani di mana kata-kata itu dimuat, maka ia akan mencetaknya dalam edisi berikutnya. Seseorang menghasilkan teks yang paling buruk dan paling kasip di mana ayat itu terdapat dalam bahasa Yunani. Dan Erasmus dengan berpegang pada kata-kata yang telah diucapkannya, tetapi melawan kehendak dan penilaiannya, terpaksa mencetak ayat tersebut dalam edisi 1522-nya.

….Tiga pertanyaan sayembara sudah terjawab. Kita tunggu apakah Pendeta Budi Asali M.Div menepati pesawat Boeing 747 yang dijanjikan, ataukah terbit buku apologi putar-putar jilid dua?…

Langkah berikutnya adalah bahwa dalam tahun 1550 Stephanus mencetak edisi Perjanjian Baru Yunaninya yang besar. Edisi 1550 ini disebutnya Teks Yang Diterima, dan teks itulah yang merupakan dasar dari Authorized Version dan dari teks Yunani sepanjang abad kemudian. Itulah sebabnya ayat ini masuk ke dalam Authorized Version.” (The Daily Bible Study: the Epistles of John and Jude; edisi Indonesia: Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat-surat Yohanes dan Yudas, hal 185-187).

Gayung bersambut, tiga pertanyaan sayembara sudah terjawab. Kita tunggu apakah Pendeta Budi Asali M.Div menepati pesawat Boeing 747 yang dijanjikan, ataukah terbit buku apologi putar-putar jilid dua?

[A. Ahmad Hizbullah MAG/suaraislam]