Sabtu, 12 Maret 2011

Rafa... Kisah Tragis Bayi Gizi Buruk

Kurang Energi, Tak mampu Cerma Makanan
Dalam dua bulan terakhir, setidaknya tiga balita gizi buruk meninggal dunia. Yang terakhir, Rafa Azzura, yang meninggal Senin malam lalu. Di RSD dr Mohammad Soewandi saja, sejak Januari lalu merawat 47 bayi gizi buruk. Diperkirakan, tahun ini meningkat.


TENDA panjang sekitar lima meter memayungi gang kecil di Jalan Gading Karya, kawasan Kedung Cowek, Kenjeran. Di rumah tepat tenda itu berdiri, beberapa tamu duduk di ruang depan berukuran sekitar 3 x 2 meter. Nyonya rumah, Wempy, dengan raut wajah duka menerima mereka.

“Saya tidak mengira Rafa meninggal. Sebab, kondisinya tampak semakin baik,” kata ibu dua anak kembar itu. Rafa, bayi laki-laki sepuluh bulan tersebut memang lahir kembar. Saudaranya, Raka Attilia, juga menderita gizi buruk.

Ibu 21 tahun itu kemudian bercerita detik-detik akhir hidup Rafa. Pukul 18.00 Senin itu, dia memberikan nutrisi tambahan. Cairan tersebut pemberian RSD dr Mohammad Soewandhie. Tapi, baru menyuapi satu sendok, napas Rafa tersengal-sengal. Makin lama intensitas napasnya makin jarang.

Wempy pun segera memanggil tenaga medis. Alat bantu pernapasan sempat dipasangkan pada bayi itu. Namun, bayi kelahiran 28 Mei 2007 itu tak tertolong. Sekitar pukul 18.30, Rafa mengembuskan napas terakhir. Wempy terkejut. Sebab, dia melihat gerak tubuh Rafa mulai lincah. “Sejak awal ke rumah sakit, Rafa sudah mendapat nutrisi tambahan rutin selain diinfus. Tubuh Rafa mulai tampak gemuk,” katanya.